Selasa, 23 April 2013

SINKRETISME SEBAGAI CIRI ISLAM JAWA



SINKRETISME SEBAGAI CIRI ISLAM JAWA
A.    Latar belakang.
Menelisik sejarah jawa yang menjadi tempat untuk didatangi bangsa-bangsa lain, dan kemudian menjadi tempat penyebaran dan pertumbuhan kembangnya agama-agama besar dunia, maka membuktikan bahwa budaya dan peradaban jawa ramah dan toleran terhadap budaya dan peradaban lain.

Salah satu dari sifat masyarakat jawa adalah bahwa mereka religius dan bertuhan. Sebelum agama-agama besar datang ke Indonesia, khususnya jawa, mereka sudah mempunyai kepercayaan adanya Tuhan yang melindungi dan mengayomi mereka. Dan keberagaman ini semakin berkualitas dengan masuknya agama besar seperti hindu, Budha, Islam, Khatolik dan Protestan ke jawa. Namun dengan pengamatan selintas dapat diketahui bahwa dalam keberagamaan rata-rata masyarakat jawa adalah nominalis, dalam arti bahwa mereka tidak bersungguh-sungguh dalam melaksanakan ajaran-ajaran agamanya. Ada diantara mereka yang benar-benar serius dalam melaksanakan ajaran-ajaran agamnya. Ada juga yang berusaha serius tetapi hambatan-hambatan khusus, seperti ewuh dengan lingkungan yang tidak mendukung, takut dikatakan sok semuci dan sebagainya, membuat mereka kurang serius dalam mengexpresikan keagamaanya secara utuh.

Dengan ini berakibat kepada beberapa hal, yang antara lain mudahnya mereka untuk tergiur dalam mengadopsi kepercayaan, ritual dan tradisi dari agama lain, termasuk tradisi asli pra Hindu, budha yang dianggap sesuai dengan alur pemikiran mereka. Dengan demikian, secara sadar atau tidak, mereka telah melakukan sinkretisasi antara ajaran islam dengan ajaran-ajaran dari luar islam.[1]

B.     Pengertian sinkretisme
Secara etimologi sinkretisme berasal dari perkataan syin dan kretiozein atau keranyanai, yang berarti mencampurkan elemen-elemen yang saling bertentangan. Adapun pengertiannya adalah suatu gerakan di bidang filsafat dan teologi untuk menghadirkan sikap kompromi pada hal-hal yang agak bertentangan dan berbeda. Simuh menambahkan pandangan sinkretisme dalam beragama adalah suatu sikap yang tidak mempersoalkan murni atau tidaknya suatu agama, bagi yang menganut paham ini semua agama dipandang baik dan benar. Oleh karena itu, mereka berusaha memadukan unsur-unsur yang baik dari berbagai agama, yang tentu saja berbeda antara yang stau dengan yang lain dan memunculkan sekte atau aliaran bahkan agama yang baru.[2]

Dalam menerangkan masyarakat muslim jawa ,  koentjaningrat membagi mereka menjadi dua, yaitu agama islam jawa dan agama islam santri. Yang pertama, kurang taat kepada syariat agama dan bersifat sinkretis yang menyatukan unsur-unsur pra-hindu, budha dan islam. Sedangkan yang kedua lebih taat menjalankan ajaran-ajaran agama islam dan bersifat puritan.

C.     Munculnya islam sinkretik dalam masyarakat jawa

Membaca lahirnya sinkretisme islam-jawa ada baiknya jika dihubungka dengan masuknya islam di jawa. Ada tiga hal yang sangat penting untuk diketahui berkaitan dengan latar belakang sejarah sinkretisme Islam-jawa.

 Pertama, pada waktuitu sejarah islam tercatat pada periode kemunduran. Runtuhnya dinasti Abbasiyah oleh serangan mongol pada 1258 M, dan tersingkirnya dinasti Al-Ahmar(andalusia/spanyol) oleh  gabungan tentara aragon dan castella pada 1492 M menjadi pertanda kemunduran politik Islam. Begitu juga arus keilmuan dan pemikiran islam saat itu terjadi stagnasi (kemacetan).

            Kedua,pandangan hidup masyarakat jawa sangat tepo seliro dan bersedia membuka diri serta berinteraksi dengan orang lain. Menurut Marbangun Harjdowirogo, masyarakat jawa lebih menekankan sikap atau etika dalam berbaur dengan seluruh komponen bangsa yang bermacam-macam suku, adat, bahasa dan termasuk agama. Karena manusia jawa sadar bahwa manusia tak dapat hidup sendiri.

            Ketiga, sebelum Islam membumi di jawa, yang membingkai corak kehidupan masyarakat adalah agama hindhu-budha serta kepercayaan animisme maupun dinamisme. Hindhu, budha, animisme maupun dinamisme yang menjadi sistem kepercayaan atau agama tentunya(sesuai agama-agama lain) telah mengajarkan konsep-konsep religiusitas yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan yang diyakini sebagai pencipta alam.


[1] Drs. H. M. Darori Amin,MA, Islam dan kebudayaan jawa, Hlm. 85-87.
[2] Ibid. 87

1 komentar:

  1. Borgata: Get Your Own Casino - DRMCD
    The Borgata Hotel & Casino is 충주 출장안마 your 보령 출장마사지 premier getaway. The casino hotel 당진 출장안마 offers 24/7 poker, live 경산 출장마사지 entertainment, a seasonal 영천 출장샵 Olympic-sized swimming pool and over 700

    BalasHapus