Jumat, 12 April 2013

Generasi Alay Menkerdilkan Karakter Kepemimpinan


Generasi Alay Menkerdilkan Karakter Kepemimpinan

alay anak layangan nongkrong pinggir jalan sama teman-teman biar kelihatan anak pergaulan yang doyan kelayapan. Alay gaya kayak artis, sok selebritis norak-norak abis dilihatnya najis aduh begitu narsis alay jangan lebay plis.
Lagu dangdut yang dinyanyikan oleh Lolita ini sangat cocok dengan keadaan masyarakat muda saat ini. Gaya atau model mereka semakin aneh-aneh saja, mulai dari gaya pakaian, rambut maupun bergaul. Bahkan, hal ini sudah merambah ke berbagai askep kehidupan masyarakat.
Alay atau sering disebut anak layangan adalah orang-orang kampung norak yang baru bisa berlagak seperti anak kota. Alay sering diidentikan dengan narsisme, kenorakan maupun sesuatu yang mengarah ke pada keburukan. Alay juga bisa disamakan dengan penyakit kanker yang lambat laun akan membunuh masyarakat muda Indonesia. Bagaimana tidak, dengan gaya seperti itu tidak jarang juga akan mempengaruhi akhlaq mereka karena pergaulan yang tidak terkontrol.
Mereka juga tak menyadari bahwa dengan gaya alay tersebut semakin pula mereka hidup hedonis, karena untuk  bergaya mereka harus mengeluarkan biaya yang jumlahnya tidak sedikit dan juga membutuhkan waktu lama.
Salah satu penyebab hal ini adalah semakin perkembangnya tegnologi saat ini yang semakin mudah untuk mengupdate sesuatu yang menurut mereka bisa merubah penampilan yang mereka anggap gaul, mengikuti jaman dan baik untuk mereka. Dan juga berita-berita baru atau seputar tren gaul terkini. Artis yang sedang naik daunpun menjadi panutan bagi anak muda atas model yang mereka kenakan, misalnya saja Syahrini dengan jambul katulistiwanya dan pernak-pernik yang dipakai.
Apabila hal ini tidak ditangani secara cepat, maka akan semakin merajalela bahkan bisa menjadi identitas bagi negara ini. Dan generasi yang diidam-idamkan oleh banyak masyarakat yang kelak akan menggantikan pemimpin saat ini untuk merubah keadaan menjadi lebih baik hanya akan menjadi angan-angan belaka.
Menyoal Problematika Kepemimpinan
            Dengan permasalahan yang sedang terjadi dilingkungan anak muda saat ini, kita juga harus menilik lebih tinggi lagi bagaimana pemimpin kita saat ini. Begitu banyaknya kritikan tentang kinerja pemimpin menjadikan penulis ingin mengungkap problematika pemimpin saat ini.
Pemimpin asketis memang sangat dibutuhkan oleh negara yang sedang krisis pemimpin ini, maksudnya pemimpin saat ini dalam kinerjanya tidak bisa diharapkan lagi, karena apa yang dilakukan saat ini tidak sama dengan ucapan atau janji mereka saat kampanye. Kampanye hanya dijadikan sebagai alat untuk menarik perhatian masyarakat agar memilih dia pada waktu pemilu.
Tanpa disadari artikel maupun tulisan lain yang berbau opini yang sering keluar di surat kabar telah mengkritik mereka atas apa yang telah mereka kerjakan selama memimpin negara ini. Mereka tidak begitu setuju dengan kinerjanya yang dirasa hanya mementingkan golongan elit dan menindas yang kecil (miskin).
Dengan banyaknya kritikan masyarakat tersebut masih juga tidak merubah keadaan sedikitpun. Maka dari itu, masyarakat saat ini tidak lagi percaya dengan omongan yang dikatakan oleh para pemimpin, sehingga masyarakat sangat sulit untuk diajak bersinergi meskipun mengarah ke pada kemamkmuran bangsa.
Pernyataan masyarakat seperti itu yang terlalu memojokkan pemimpin sebagai akar dari berbagai permasalahan perlu disaring kembali, karena dalam kenyataannya berbagai permasalahan yang terjadi tidak hanya pemimpin yang terlibat, tetapi masyarakat juga terlibat dalam permasalah itu. Namun seakan-akan semua itu adalah kesalahan pemimpin yang kurang maksimal dalam menangani sebuah masalah.
Masyarakat seharusnya sadar bahwa pemimpin juga manusia seperti mereka yang perlu campur tangan dari pihak lain dalam menjalankan kepemimpinannya, karena untuk menciptakan suatu negara yang makmur sesuai dengan tujuan terciptanya sebuah negara perlu adanya sinergi antara masyarakat dan pemimpinnya.
Untuk itu, masyarakat seharusnya sadar dan mau ikut andil dalam menciptakan sebuah negara yang adil dan makmur, sehingga tujuan tersebut cepat terealisasi dengan baik. Dan pernyataan bahwa pemimpin adalah akar dari segala permasalahan perlu dibuang jauh-jauh dari pikiran masyarakat.
Menyiapkan generasi pemimpin yang Asketis
            Dalam suatu kepemimpinan memang yang dibutuhkan adalah orang yang mampu menjalankan kepemimpinan dengan baik. Dengan beberapa uraian di atas tentang generasi alay dan problematika kepemimpinan, jika diteliti lebih lanjut sebenarnya ada hubungan yang mampu menciptakan keadaan yang lebih baik.
            Untuk menangani masalah generasi alay kita kembalikan pada anak mudanya, karena yang berperan dalam permasalahan tersebut adalah anak muda. Sebagai seorang penulis hanya bisa berpendapat yang mungkin bisa sedikit membantu dalam menyelesaikan masalah tersebut.
            Solusi tersebut diantaranya adalah jangan mudah terpengaruh dengan keadaan, tetapi harus menyaringnya terlebih dahulu apakah hal tersebut baik untuk kita ataupun tidak. Berhenti meniru gaya artis juga salah satu solusi dimana seseorang tidak terlalu meniru gaya artis yang kebanyakan tak sesuai dengan akhlaq yang baik. mengembangkan diri juga bagus bagi anak muda sebagai pelampiasan untuk mengalihkan kegiatan yang berbau alay dan berbuat sesuatu yang mengarah ke pada hal yang positif. Memperluas pergaulan juga sangat dibutuhkan untuk menambah pengetahuan dalam arti memperluas pergaulan yang bersifat positif.
            Dengan berbagai solusi tersebut, apabila generasi muda dapat melakukannya dengan baik, maka generasi pemimpin yang asketis akan mudah terealisasi. Dikatakan demikian, karena generasi muda adalah generasi masa depan bangsa yang diharapkan dapat mewujudkan cita-cita bangsa yang mengarah ke pada keadilan dan kemakmuran bangsa.

Oleh: Ahmad Zamroni
Penerima Beasiswa Monash Institute, Aktifis di Lembaga Studi Islam dan Nasionalisme (LeSAN) dan Mahasiswa IAIN Walisongo Semarang.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar