Rabu, 27 Maret 2013

Pengertian Landasan Psikologis dalam Pendidikan

Pengertian Landasan Psikologis dalam Pendidikan
Pemahaman peserta didik yang berkaitan dengan aspek kejiwaan merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu, hasil kajian dan penemuan psiologis sangat diperlukan penerapannya dalam bidang pendidikan. Misalnya pengetahuan tentang aspekaspek pribadi, urutan, dan ciriciri pertumbuhan setiap aspek, dan konsep tentang cara-cara paling tepat untuk mengembangkannya. Untuk itu psikologi menyediakan sejumlah informasi tentang kehidupan pribadi manusia pada umumnya serta berkaitan dengan aspek pribadi. Individu memiliki bakat, kemampuan, minat, kekuatan serta tempo, dan irama perkembangan yang berbeda satu dengan yang lain. Sebagai implikasinya pendidik tidak mungkin memperlakukan sama kepada setiap peserta didik, sekalipun mereka mungkin memiliki beberapa persamaan. Penyusunan kurikulum perlu berhati-hati dalam menentukan jenjang pengalaman belajar yang akan dijadikan garis-garis besar program pengajaran serta tingkat keterincian bahan belajar yang digariskan. Landasan psikologis pendidikan adalah suatu landasan dalam proses pendidikan yang membahas berbagai informasi tentang kehidupan manusia pada umumnya serta gejala-gejala yang berkaitan dengan aspek pribadi manusia pada setiap tahapan usia perkembangan tertentu untuk mengenali dan menyikapi manusia sesuai dengan tahapan usia perkembangannya yang bertujuan untuk memudahkan proses pendidikan. Kajian psikologi yang erat hubungannya dengan pendidikan adalah yang berkaitan dengan kecerdasan, berpikir, dan belajar (Tirtarahardja, 2005: 106). Perkembangan Individu dan Faktor yang Mempengaruhinya
Perkembangan Individu
Perkembangan adalah proses terjadinya perubahan pada manusia baik secaara fisik maupun secara mental sejak berada di dalam kandungan sampai manusia tersebut meninggal. Proses perkembangan pada manusia terjadi dikarenakan manusia mengalami kematangan dan proses belajar dari waktu ke waktu. Kematangan adalah perubahan yang terjadi pada individu dikarenakan adanya pertumbuhan fisik dan biologis, misalnya seorang anak yang beranjak menjadi dewasa akan mengalami perubahan pada fisik dan mentalnya. Sedangkan belajar adalah sebuah proses yang berkesinambungan dari sebuah pengalaman yang akan membuat suatu individu berubah dari tidak tahu menjadi tahu (kognitif), dari tidak mau menjadi mau (afektif) dan dari tidak bisa menjadi bisa (psikomotorik), misalnya seseorang anak yang belajar mengendarai sepeda akan terlebih dahulu diberi pengarahan oleh orang tuanya lalu anak tersebut mencoba untuk mengendarai sepeda hingga menjadi bisa. Proses kematangan dan belajar akan sangat menentukan kesiapan belajar pada seseorang, misalnya seseorang yang proses kematangan dan belajarnya baik akan memiliki kesiapan belajar yang jauh lebih baik dengan seseorang yang proses kematangan dan belajarnya buruk. Manusia dalam perkembangannya mengalami perubahan dalam berbagai aspek yang ada pada manusia dan aspekaspek tersebut saling berhubungan dan berkaitan. Aspekaspek dalam perkembanga tersebut diantaranya adalah aspek fisik, mental, emosional, dan social.
Semua manusia pasti akan mengalami perkembangan dengan tingkat perkembangan yang berbeda, ada yang berkembang dengan cepat dan ada pula yang berkembang dengan lambat. Namun demikian dalam proses perkembangan terdapat nilai-nilai universal yang dimiliki oleh semua orang yaitu prinsip perkembangan. Prinsip perkembangan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
Perkembangan terjadi secara terus menerus hingga manusia meninggal dunia.Kecepatan perkembangan setiap individu berbeda-beda. Semua aspek perkembangan saling berkaitan dan berhubungan satu sama lainnya. Arah perkembangan individu dapat diprediksi
Perkembangan terjadi secara bertahap dan tiap tahapan mempunyai karakteristik tertentu.
Pengaruh Heriditas dan Lingkungan Terhadap Perkembangan
Individu
Nativisme
Empirisme
Konvergensi
Behaviorisme
Humanisme
Individu.
Tokoh teori ini adalah Schoupenhauer dan Arnold Gessel. Implikasi teori nativisme terhadap pendidikan yaitu kurang memberikan kemungkinan bagi pendidik untuk mengubah kepribadian peserta didik.
Natifisme
Teori nativisme adalah teori yang berasumsi bahwa setiap individu dilahirkan kedunia dengan membawa factor-faktor turunan dari orang tuanya dan faktor tersebut yang menjadi faktor penentu perkembangan
Empirisme
Teori empirisme adalah teori yang berasumsi bahwa setiap individu yang terlahir ke dunia adalah dalam keadaan bersih sedangkan faktor penentu perkembangan individu tersebut adalah lingkungan dan pengalaman. Tokoh teori ini adalah John Lock dan J.B.Watson. Implikasinya teori empirisme terhadap pendidikan yaitu dapat memberikan kemungkinan sepenuhnya bagi pendidik untuk dapat membentuk kepribadian peserta didik
Konvergensi
Teori konvergensi adalah teori yang berasumsi bahwa perkembangan individu ditentukan oleh faktor keturunan dan faktor lingkungan serta pengalaman, atau dengan kata lain teori ini adalah gabungan dari teori empirisme dan teori konvergensi. Tokoh teori ini adalah Wiliam Stern dan Robert J Havighurst. Implikasinya teori konvergensi terhadap pendidikan yaitu dapat memberikan kemungkinan kepada pendidik untuk membentuk kepribadian individu sesuai yang diharapkan akan tetapi tetap memperhatikan factor-faktor heriditas yang ada pada individu.
Tahapan dan Tugas Perkembangan Serta Implikasinya Terhadap Perlakuan Pendidik
Tahap dan tugas perkembangan individu.
Asumsi bahwa anak adalah orang dewasa dalam skala kecil (anak adalah orang dewasa mini) telah ditinggalkan orang sejak lama, sebagaimana kita maklumi bahwa masa anak-anak adalah suatu tahap yang berbeda dengan orang dewasa. Anak menjadi dewasa melalui suatu proses pertumbuhan bertahap mengenai keadaan fisik, sosial, emosional, moral dan mentalnya. Seraya mereka berkembang, mereka mempunyai cara-cara memahami bereaksi, dan mempresepsi yang sesuai dengan usianya. Inilah yang oleh ahli psikologi disebut tahap perkembangan. Robert Havighurst (1953) membagi perkembangan individu menjadi empat tahap, yaitu masa bayi dan kanak-kanak kecil (06 tahun), masa kanak-kanak(6 - 12 tahun), masa remaja atau adoselen (12 – 18 tahun), dan masa dewasa (18 …tahun). Selain itu, Havighurst mendeskripsikan tugas-tugas perkembangan (development task) yang harus diselesaikan pada setiap tahap perkembangan sebagai berikut:
Tugas Perkembangan Masa Bayi dan Kanak-kanak kecil (06 tahun):
Belajar berjalan
Belajar makan makanan yang padat
Belajar berbicara/berkata-kata
Belajar mengontrol pembuangan kotoran tubuh
Belajar tentang perbedaan kelamin dan kesopanan / kelakuan yang sesuai dengan jenis kelaminnya.
Mencapai stabilitas fisiologis / jasmaniah
Pembentukan konsep sederhana tentang kenyataan sosial dan kenyataan fisik.
Belajar berhubungan diri secara emosional dengan orang tua saudara saudaranya, dan orang lain
Belajar membedakan yang benar dan yang salah dan pengembangan kesadaran diri / kata hati
Tugas perkembangan Masa-masa Kanak-kanak (6 – 12 tahun):
Belajar keterampilan fisik yang perlu untuk permainan sehari-hari
Pembentukan kesatuan sikap terhadap dirinya sebagai suatu organisme yang tumbuh
Belajar bermain dengan teman-teman mainnya
Belajar memahami peranan-peranan kepriaan atau kewanitaan
Pengembangan kemahiran dasar dalam membaca , menulis, dan berhitung
Pengembangn konsep-konsep yang perlu untuk kehidupan sehari-hari
Pengembangn kesadaran diri moralitas, dan suatu skala nilai-nilai
Penembangn kebebasan pribadi
Pengembangan sikap-sikap terhadap kelompok sosial dan lembaga.
Tugas perkembangan masa Remaja / adoselen (12 – 18 tahun) :
Mencapai peranan sosial dan hubungan yang lebih matang sebagai laki-laki / perempuan serta kebebasan emosional dari orang tua memperoleh jaminan kebebasan ekonomi dengan memilih dan mempersiapkan diri untuk suatu pekerjaan.
Mempersiapkan diri untuk berkeluarga
Mengembangkan kecakapan intelektual serta tingkah laku yang bertanggungjawab dalam masyarakat.
Tugas perkembangan pada masa Dewasa (18…)
Masa dewasa awal:
Memilih pasangan hidup dan belajar hidup bersama
Memulai berkeluarga
Mulai menduduki suatu jabatan/pekerjaan
Masa dewasa tengah umur:
Mencapai tanggung jawab sosial dan warga negara yang dewasa.
Membantu anak belasan tahun menjadi dewasa
Menghubungkan diri sendiri kepada suami/isteri sebagai suatu pribadi
Menyesuaikan diri kepada orang tua yang semakin tua
Tugas perkembangan usia lanjut :
Menyesuaikan diri pada kekuatan dan kesehatan jasmani
Menyesuaikan diri pada saat pensiun dan pendapatan yang semakin berkurang.
Menyesuaikan diri terhadap kematian,terutama banyak beribadah Yelon dan Weinstein (1977) sepakat bahwa perkembangan individu berlangsung secara bertahap. Pernyataan ini didasarkan pada karya tokoh-tokoh sebelumnya yang menerangkan perkembangan jenis-jenis tingkah laku dalam kebudayaan Barat pada umur yang bervariasi, perkembangan tingkah laku tersebut diantaranya yaitu:
A.Perkembangan jenis tingkah laku masa anak kecil (toddler)
Perkembangan fisiknya sangat aktif terutama untuk belajar menggerakan anggota tubuhnya.
Perkembangan bahasa pengucapan kalimat,serta belajar konsep-konsep dari benda yang dilihatnya.
Mulai menyukai anak-anak lain, tetapi tidak bermain dengan mereka.
Memberikan respon dan mulai tergantung pada orang tua.
B.Perkembangan jenis tingkah laku masa Pra sekolah (Prescholler)
Perkembangan otot yang mantap disertai koordinasi anggota tubuh.
Bahasa yang berkembang dengan baik, ditandai dengan pemahaman terhadap pandangan orang lain.
Mulai bisa mentaati aturan-aturan dan menghormati kekuasaan.
Memusatkan diri pada perbedaan gender dan kecakapan masing-masing dengan menekspresikan semua perasaan.
C.Perkembangan jenis tingkah laku masa Kanak-kanak (Childhood)
Keterampilan anggota tubuh cukup baik dan turut serta dalam permainan-permainan kelompok
Menggunakan simbol/bahasa untuk memecahkan masalah.
Mulai berorientasi pada kelompok yang mempengaruhi konsep dirinya.
Banyak menggunakan waktu untuk membebaskan diri dari rumah.
D.Perkembangan jenis tingkah laku masa Remaja awal (Early adolescense)
Pertumbuhan tubuhnya cepat ditandai dengan kematangan seksual.
Mulai dapat berpikir abstrak.
Menyesuaikan diri pada norma-norma kelompok dan berteman dekat dengan sebaya dan sejenis.
Mengusahakan untuk lebih bebas,dan emosional tidak stabil
E.Perkembangan jenis tingkah laku masa Remaja akhir (late Adolescense)
Mencapai kematangan fisik.
Egosentrisme hilang dan dapat berpikir abstrak
Berminat kepada lawan jenis dan mulai mengadakan hubungan pribadi.
Identitas dirinya mapan dilingkungan masyarakat.
Implikasi Perkembangan Individu terhadap perlakuan Pendidik (Orang Dewasa) yang diharapkan. Sebagaimana dikemukakan Yelon dan Weinstei (1977), implikasi perkembangan individu terhadap perlakuan pendidik (orang dewasa) yang diharapkan dalam rangka membantu penyelesaian tugas-tugas perkembangannya adalah sebagai berikut :
Perlakuan pendidik (orang dewasa) yang diharapkan bagi perkembangan peserta didik pada masa kanak-kanak kecil :
Menyelenggarakan disiplin secara lemah lembut secara konsisten.
Menjaga keselamatan tanpa perlindungan yang berlebihan.
Bercakap-cakap dan memberikan respon terhadap perkataan peserta didik.
Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk aktif dan bereksplorasi.
Menghargai hal-hal yang dapat dikerjakan peserta didik.
Perlakuan pendidik (orang dewasa) yang diharapkan bagi perkembangan peserta didik pada masa prasekolah :
Memberikan tanggung jawab dan kebebasan kepada peserta didik secara berangsur-angsur dan terusmenerus.
Latihan harus ditekankan pada koordinasi: kecepatan, mengarahkan keseimbangan, dsb.
Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peserta didik.
Menyediakan benda-benda untuk diekplorasi.
Memberikan kesempatan untuk berinteraksi sosial dan kerja kelompok kecil.
Menggunaka program aktif, seperti ; bernyanyi dengan bergerak, dll.
Memperbanyak aktivitas berbahasa seterti bercerita, mengklasifikasikan, diskusi masalah, dan membuat aturan-aturan.
Perlakuan pendidik (orang dewasa) yang diharapkan bagi perkembangan peserta didik pada masa kanak-kanak :
Menerima kebutuhan-kebutuhan akan kebebasan anak ; dan menambah tanggung jawab anak.
Mendorong pertemanan dengan menggunakan projekprojek dan permainan kelompok.
Membangkitkan rasa ingin tahu.
Secara konsisten mengupayakan disipilin yang tegas dan dapat dipahami.
Menghadapkan anak pada gagasan-gagasan dan pandangan-pandangan baru.
Bersama-sama menciptakan aturan dan kejujuran.
Memberikan contoh model hubungan social.
Terbuka terhadap keritik.
Perlakuan pendidik (orang dewasa) yang diharapkan bagi perkembangan peserta didik pada masa remaja awal :
Memberikan kesempatan berolahraga secara tim dan perorangan, tetapi tidak mengutamakan tenaga fisik yang besar.
Menerima makin dewasanya peserta didik.
Memberikan tanggung jawab secara berangsur-angsur.
Mendorong kebebasan dan tanggung jawab.
Perlakuan pendidik (orang dewasa) yang diharapkan bagi perkembangan peserta didik pada masa remaja akhir :
Menghargai pandangan-pandangan peserta didik.
Menerima kematangan peserta didik.
Memberikan kesempatan luas kepada peserta didik untuk berolahraga dan bekerja secara cermat.
Memberikan kesempatan yang luas untuk pendidikan karir.
Menggunakan kerjasama kelompok untuk memecahkan masalah.
Berkreasi bersama dan bersama-sama menegakan berbagai aturan.
Teori Belajar dan Implikasinya Terhadap Pendidikan
Behaviorisme
Teori belajar behaviorisme berasumsi bahwa hasil dari sebuah pembelajaran adalah perubahan tingkah laku yang dapat diobservasi dan dipengaruhi oleh lingkungan sekitar dengan faktor penentunya adalah penguatan atau dorongan dari luar. Teori behaviorisme memiliki komponen yang terdiri dari rangsangan (stimulation), tanggapan (response), dan akibat (consequence).
Tokoh teori ini adalah B.F.Skinner Implikasinya terhadap pendidikan adalah sebagai berikut :
Perlakuan terhadap individu didasarkan kepada tugas yang harus dilakukan sesuai dengan tingkat tahapan dan dalam pelaksanaannya harus ada ganjaran dan kedisiplinan
Motivasi belajar berasal dari luar (external) dan harus terus menerus dilakukan agar motivasi tetap terjaga
Metode belajar dijabarkan secara rinci untuk mengembangkan disiplin ilmu tertentu
Tujuan kurikuler berpusat pada pengetahuan dan keterampilan akademis serta tingkah laku sosial
Pengelolaan kelas berpusat pada guru dengan interaksi sosial sebagai sarana untuk mencapai tujuan tertentu dan bukan merupakan tujuan utama yang hendak dicapai.
Untuk mengefektifkan belajar maka dilakukan dengan cara menyusun program secara rinci dan bertingkat sesuai serta mengutamakan penguasaan bahan atau keterampilan
Kognitif
Teori belajar kognitif berasumsi bahwa belajar adalah proses internal yang kompleks berupa pemrosesan informasi dikarenakan setiap individu memiliki kemampuan untuk memproses informasi sesuai faktor kognitif berdasarkan tahapan usianya sehingga hasil belajar adalah perubahan struktur kognitif yang ada pada individu tersebut.
Tokoh teori ini adalah Jerome Bruner
Implikasinya terhadap pendidikan adalah sebagai berikut :
Perlakuan individu didasarkan pada tingkat perkembangan kognitif peserta didik.
Motivasi berasal dari dalam diri individu (intrinsik) yang timbul berdasarkan pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik.
Tujuan kurikuler difokuskan untuk mengembangkan keseluruhan kemampuan kognitif, bahasa, dan motorik dengan interaksi sosial berfungsi sebagai alat untuk mengembangkan kecerdasan
Bentuk pengelolaan kelas berpusat pada peserta didik dengan guru sebagai fasillitator
Mengefektifkan mengajar dengan cara mengutamakan program pendidikan yang berupa pengetahuan-pengetahuan terpadu secara hierarkis
Partisipasi peserta didik sangat dominan guna meningkatkan sisi kognitif peserta didik
Kegiatan belajar peserta didik mengutamakan belajar untuk memahami dengan cara insight learning
Tujuan umum dalam pendidikan adalah untuk mengembangkan sisi kognitif secara optimal dan kemampuan menggunakan kecerdasan secara bijaksanan
Humanisme
Teori belajar humanisme berasumsi bahwa belajar adalah fungsi seluruh kepribadian suatu individu dikarenakan suatu individu merupakan pribadi utuh yang mempunyai kebebasan memilih untuk menentukan kehidupannya, juga memiliki keinginan untuk mengetahui sesuatu, juga memiliki keinginan untuk bereksplorasi dan mengasimilasi pengalaman-pengalamannya. Tokoh teori ini adalah Carl Rogers
Implikasinya terhadap pendidikan adalah sebagai berikut :
Perlakuan terhadap individu didasarkan akan kebutuhan individual dan kepribadian peserta didik
Motivasi belajar berasal dari dalam diri (intrinsik) karena adanya keinginan untuk mengetahui
Metode belajar menggunakan metode pendekatan terpadu dengan menekankan kepada ilmu-ilmu
Sosial
Tujuan kurikuler mengutamakan pada perkembangan dari segi sosial, keterampilan berkomunikasi, dan kemampuan untuk peka terhadap kebutuhan individu dan orang lain bentuk pengelolaan kelas berpusat pada peserta didik yang mempunyai kebebasan memilih dan guru hanya berperan untuk membantu untuk mengefektifkan mengajar maka pengajaran disusun dalam bentuk topik-topik terpadu berdasarkan pada kebutuhan peserta didik.
Partisipasi peserta didik sangat dominan kegiatan belajar peserta didik mengutamakan belajar melalui pemahaman dan pengertian bukan hanya untuk memperoleh pengetahuan
Tujuan umum pendidikan adalah untuk memaksimalkan kemampuan diri dan pemahaman
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Landasan psikologis pendidikan merupakan salah satu landasan yang penting dalam pelaksanan pendidikan karena keberhasilan pendidik dalam menjalankan tugasnya sangat dipengaruhi oleh pemahamannya tentang peserta didik. Oleh karena itu pendidik harus mengetahui apa yang harus dilakukan kepada peserta didik dalam setiap tahap perkembangan yang berbeda mulai dari bayi hingga dewasa.
Saran
Karena begitu pentingnya landasan psikologis dalam pendidikan maka seluruh calon pendidik dan para pendidik diharapkan mampu mempelajari serta mengaplikasikan landasan psikologis dalam pendidikan agar proses pendidikan berjalan dengan baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar