Pengertian
Landasan Psikologis dalam Pendidikan
Pemahaman peserta
didik yang berkaitan dengan aspek kejiwaan merupakan salah satu kunci
keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu, hasil kajian dan penemuan
psiologis sangat diperlukan penerapannya dalam bidang pendidikan.
Misalnya pengetahuan tentang aspekaspek pribadi, urutan, dan ciriciri
pertumbuhan setiap aspek, dan konsep tentang cara-cara paling tepat
untuk mengembangkannya. Untuk itu psikologi menyediakan sejumlah
informasi tentang kehidupan pribadi manusia pada umumnya serta berkaitan
dengan aspek pribadi. Individu memiliki bakat, kemampuan, minat,
kekuatan serta tempo, dan irama perkembangan yang berbeda satu dengan
yang lain. Sebagai implikasinya pendidik tidak mungkin memperlakukan
sama kepada setiap peserta didik, sekalipun mereka mungkin memiliki
beberapa persamaan. Penyusunan kurikulum perlu berhati-hati dalam
menentukan jenjang pengalaman belajar yang akan dijadikan garis-garis
besar program pengajaran serta tingkat keterincian bahan belajar yang
digariskan. Landasan psikologis pendidikan adalah suatu landasan dalam
proses pendidikan yang membahas berbagai informasi tentang kehidupan
manusia pada umumnya serta gejala-gejala yang berkaitan dengan aspek
pribadi manusia pada setiap tahapan usia perkembangan tertentu untuk
mengenali dan menyikapi manusia sesuai dengan tahapan usia
perkembangannya yang bertujuan untuk memudahkan proses pendidikan.
Kajian psikologi yang erat hubungannya dengan pendidikan adalah yang
berkaitan dengan kecerdasan, berpikir, dan belajar (Tirtarahardja, 2005:
106). Perkembangan Individu dan Faktor yang Mempengaruhinya
Perkembangan Individu
Perkembangan adalah proses terjadinya
perubahan pada manusia baik secaara fisik maupun secara mental sejak
berada di dalam kandungan sampai manusia tersebut meninggal. Proses
perkembangan pada manusia terjadi dikarenakan manusia mengalami
kematangan dan proses belajar dari waktu ke waktu. Kematangan adalah
perubahan yang terjadi pada individu dikarenakan adanya pertumbuhan
fisik dan biologis, misalnya seorang anak yang beranjak menjadi dewasa
akan mengalami perubahan pada fisik dan mentalnya. Sedangkan belajar
adalah sebuah proses yang berkesinambungan dari sebuah pengalaman yang
akan membuat suatu individu berubah dari tidak tahu menjadi tahu
(kognitif), dari tidak mau menjadi mau (afektif) dan dari tidak bisa
menjadi bisa (psikomotorik), misalnya seseorang anak yang belajar
mengendarai sepeda akan terlebih dahulu diberi pengarahan oleh orang
tuanya lalu anak tersebut mencoba untuk mengendarai sepeda hingga
menjadi bisa. Proses kematangan dan belajar akan sangat menentukan
kesiapan belajar pada seseorang, misalnya seseorang yang proses
kematangan dan belajarnya baik akan memiliki kesiapan belajar yang jauh
lebih baik dengan seseorang yang proses kematangan dan belajarnya buruk.
Manusia dalam perkembangannya mengalami perubahan dalam berbagai aspek
yang ada pada manusia dan aspekaspek tersebut saling berhubungan dan
berkaitan. Aspekaspek dalam perkembanga tersebut diantaranya adalah
aspek fisik, mental, emosional, dan social.
Semua manusia pasti akan
mengalami perkembangan dengan tingkat perkembangan yang berbeda, ada
yang berkembang dengan cepat dan ada pula yang berkembang dengan lambat.
Namun demikian dalam proses perkembangan terdapat nilai-nilai universal
yang dimiliki oleh semua orang yaitu prinsip perkembangan. Prinsip
perkembangan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
Perkembangan terjadi secara terus menerus hingga manusia meninggal
dunia.Kecepatan perkembangan setiap individu berbeda-beda. Semua aspek
perkembangan saling berkaitan dan berhubungan satu sama lainnya. Arah
perkembangan individu dapat diprediksi
Perkembangan terjadi secara
bertahap dan tiap tahapan mempunyai karakteristik tertentu.
Pengaruh
Heriditas dan Lingkungan Terhadap Perkembangan
Individu
Nativisme
Empirisme
Konvergensi
Behaviorisme
Humanisme
Individu.
Tokoh teori ini adalah Schoupenhauer dan Arnold Gessel. Implikasi teori
nativisme terhadap pendidikan yaitu kurang memberikan kemungkinan bagi
pendidik untuk mengubah kepribadian peserta didik.
Natifisme
Teori nativisme adalah teori yang berasumsi bahwa setiap individu
dilahirkan kedunia dengan membawa factor-faktor turunan dari orang
tuanya dan faktor tersebut yang menjadi faktor penentu perkembangan
Empirisme
Teori empirisme adalah teori yang berasumsi bahwa setiap individu yang
terlahir ke dunia adalah dalam keadaan bersih sedangkan faktor penentu
perkembangan individu tersebut adalah lingkungan dan pengalaman. Tokoh
teori ini adalah John Lock dan J.B.Watson. Implikasinya teori empirisme
terhadap pendidikan yaitu dapat memberikan kemungkinan sepenuhnya bagi
pendidik untuk dapat membentuk kepribadian peserta didik
Konvergensi
Teori konvergensi adalah teori yang berasumsi bahwa perkembangan
individu ditentukan oleh faktor keturunan dan faktor lingkungan serta
pengalaman, atau dengan kata lain teori ini adalah gabungan dari teori
empirisme dan teori konvergensi. Tokoh teori ini adalah Wiliam Stern dan
Robert J Havighurst. Implikasinya teori konvergensi terhadap pendidikan
yaitu dapat memberikan kemungkinan kepada pendidik untuk membentuk
kepribadian individu sesuai yang diharapkan akan tetapi tetap
memperhatikan factor-faktor heriditas yang ada pada individu.
Tahapan dan Tugas Perkembangan Serta Implikasinya Terhadap Perlakuan
Pendidik
Tahap dan tugas perkembangan individu.
Asumsi bahwa
anak adalah orang dewasa dalam skala kecil (anak adalah orang dewasa
mini) telah ditinggalkan orang sejak lama, sebagaimana kita maklumi
bahwa masa anak-anak adalah suatu tahap yang berbeda dengan orang
dewasa. Anak menjadi dewasa melalui suatu proses pertumbuhan bertahap
mengenai keadaan fisik, sosial, emosional, moral dan mentalnya. Seraya
mereka berkembang, mereka mempunyai cara-cara memahami bereaksi, dan
mempresepsi yang sesuai dengan usianya. Inilah yang oleh ahli psikologi
disebut tahap perkembangan. Robert Havighurst (1953) membagi
perkembangan individu menjadi empat tahap, yaitu masa bayi dan
kanak-kanak kecil (06 tahun), masa kanak-kanak(6 - 12 tahun), masa
remaja atau adoselen (12 – 18 tahun), dan masa dewasa (18 …tahun).
Selain itu, Havighurst mendeskripsikan tugas-tugas perkembangan
(development task) yang harus diselesaikan pada setiap tahap
perkembangan sebagai berikut:
Tugas Perkembangan Masa Bayi dan
Kanak-kanak kecil (06 tahun):
Belajar berjalan
Belajar makan
makanan yang padat
Belajar berbicara/berkata-kata
Belajar
mengontrol pembuangan kotoran tubuh
Belajar tentang perbedaan
kelamin dan kesopanan / kelakuan yang sesuai dengan jenis kelaminnya.
Mencapai stabilitas fisiologis / jasmaniah
Pembentukan konsep
sederhana tentang kenyataan sosial dan kenyataan fisik.
Belajar
berhubungan diri secara emosional dengan orang tua saudara saudaranya,
dan orang lain
Belajar membedakan yang benar dan yang salah dan
pengembangan kesadaran diri / kata hati
Tugas perkembangan Masa-masa
Kanak-kanak (6 – 12 tahun):
Belajar keterampilan fisik yang perlu
untuk permainan sehari-hari
Pembentukan kesatuan sikap terhadap
dirinya sebagai suatu organisme yang tumbuh
Belajar bermain dengan
teman-teman mainnya
Belajar memahami peranan-peranan kepriaan atau
kewanitaan
Pengembangan kemahiran dasar dalam membaca , menulis, dan
berhitung
Pengembangn konsep-konsep yang perlu untuk kehidupan
sehari-hari
Pengembangn kesadaran diri moralitas, dan suatu skala
nilai-nilai
Penembangn kebebasan pribadi
Pengembangan
sikap-sikap terhadap kelompok sosial dan lembaga.
Tugas perkembangan
masa Remaja / adoselen (12 – 18 tahun) :
Mencapai peranan sosial
dan hubungan yang lebih matang sebagai laki-laki / perempuan serta
kebebasan emosional dari orang tua memperoleh jaminan kebebasan ekonomi
dengan memilih dan mempersiapkan diri untuk suatu pekerjaan.
Mempersiapkan diri untuk berkeluarga
Mengembangkan kecakapan
intelektual serta tingkah laku yang bertanggungjawab dalam masyarakat.
Tugas perkembangan pada masa Dewasa (18…)
Masa dewasa awal:
Memilih pasangan hidup dan belajar hidup bersama
Memulai berkeluarga
Mulai menduduki suatu jabatan/pekerjaan
Masa dewasa tengah umur:
Mencapai tanggung jawab sosial dan warga negara yang dewasa.
Membantu anak belasan tahun menjadi dewasa
Menghubungkan diri
sendiri kepada suami/isteri sebagai suatu pribadi
Menyesuaikan diri
kepada orang tua yang semakin tua
Tugas perkembangan usia lanjut :
Menyesuaikan diri pada kekuatan dan kesehatan jasmani
Menyesuaikan
diri pada saat pensiun dan pendapatan yang semakin berkurang.
Menyesuaikan diri terhadap kematian,terutama banyak beribadah Yelon dan
Weinstein (1977) sepakat bahwa perkembangan individu berlangsung secara
bertahap. Pernyataan ini didasarkan pada karya tokoh-tokoh sebelumnya
yang menerangkan perkembangan jenis-jenis tingkah laku dalam kebudayaan
Barat pada umur yang bervariasi, perkembangan tingkah laku tersebut
diantaranya yaitu:
A.Perkembangan jenis tingkah laku masa anak kecil
(toddler)
Perkembangan fisiknya sangat aktif terutama untuk belajar
menggerakan anggota tubuhnya.
Perkembangan bahasa pengucapan
kalimat,serta belajar konsep-konsep dari benda yang dilihatnya.
Mulai menyukai anak-anak lain, tetapi tidak bermain dengan mereka.
Memberikan respon dan mulai tergantung pada orang tua.
B.Perkembangan jenis tingkah laku masa Pra sekolah (Prescholler)
Perkembangan otot yang mantap disertai koordinasi anggota tubuh.
Bahasa yang berkembang dengan baik, ditandai dengan pemahaman terhadap
pandangan orang lain.
Mulai bisa mentaati aturan-aturan dan
menghormati kekuasaan.
Memusatkan diri pada perbedaan gender dan
kecakapan masing-masing dengan menekspresikan semua perasaan.
C.Perkembangan jenis tingkah laku masa Kanak-kanak (Childhood)
Keterampilan anggota tubuh cukup baik dan turut serta dalam
permainan-permainan kelompok
Menggunakan simbol/bahasa untuk
memecahkan masalah.
Mulai berorientasi pada kelompok yang
mempengaruhi konsep dirinya.
Banyak menggunakan waktu untuk
membebaskan diri dari rumah.
D.Perkembangan jenis tingkah laku masa
Remaja awal (Early adolescense)
Pertumbuhan tubuhnya cepat ditandai
dengan kematangan seksual.
Mulai dapat berpikir abstrak.
Menyesuaikan diri pada norma-norma kelompok dan berteman dekat dengan
sebaya dan sejenis.
Mengusahakan untuk lebih bebas,dan emosional
tidak stabil
E.Perkembangan jenis tingkah laku masa Remaja akhir
(late Adolescense)
Mencapai kematangan fisik.
Egosentrisme
hilang dan dapat berpikir abstrak
Berminat kepada lawan jenis dan
mulai mengadakan hubungan pribadi.
Identitas dirinya mapan
dilingkungan masyarakat.
Implikasi Perkembangan Individu terhadap
perlakuan Pendidik (Orang Dewasa) yang diharapkan. Sebagaimana
dikemukakan Yelon dan Weinstei (1977), implikasi perkembangan individu
terhadap perlakuan pendidik (orang dewasa) yang diharapkan dalam rangka
membantu penyelesaian tugas-tugas perkembangannya adalah sebagai berikut
:
Perlakuan pendidik (orang dewasa) yang diharapkan bagi
perkembangan peserta didik pada masa kanak-kanak kecil :
Menyelenggarakan disiplin secara lemah lembut secara konsisten.
Menjaga keselamatan tanpa perlindungan yang berlebihan.
Bercakap-cakap dan memberikan respon terhadap perkataan peserta didik.
Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk aktif dan
bereksplorasi.
Menghargai hal-hal yang dapat dikerjakan peserta
didik.
Perlakuan pendidik (orang dewasa) yang diharapkan bagi
perkembangan peserta didik pada masa prasekolah :
Memberikan
tanggung jawab dan kebebasan kepada peserta didik secara
berangsur-angsur dan terusmenerus.
Latihan harus ditekankan pada
koordinasi: kecepatan, mengarahkan keseimbangan, dsb.
Menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peserta didik.
Menyediakan
benda-benda untuk diekplorasi.
Memberikan kesempatan untuk
berinteraksi sosial dan kerja kelompok kecil.
Menggunaka program
aktif, seperti ; bernyanyi dengan bergerak, dll.
Memperbanyak
aktivitas berbahasa seterti bercerita, mengklasifikasikan, diskusi
masalah, dan membuat aturan-aturan.
Perlakuan pendidik (orang
dewasa) yang diharapkan bagi perkembangan peserta didik pada masa
kanak-kanak :
Menerima kebutuhan-kebutuhan akan kebebasan anak ; dan
menambah tanggung jawab anak.
Mendorong pertemanan dengan
menggunakan projekprojek dan permainan kelompok.
Membangkitkan rasa
ingin tahu.
Secara konsisten mengupayakan disipilin yang tegas dan
dapat dipahami.
Menghadapkan anak pada gagasan-gagasan dan
pandangan-pandangan baru.
Bersama-sama menciptakan aturan dan
kejujuran.
Memberikan contoh model hubungan social.
Terbuka
terhadap keritik.
Perlakuan pendidik (orang dewasa) yang
diharapkan bagi perkembangan peserta didik pada masa remaja awal :
Memberikan kesempatan berolahraga secara tim dan perorangan, tetapi
tidak mengutamakan tenaga fisik yang besar.
Menerima makin dewasanya
peserta didik.
Memberikan tanggung jawab secara berangsur-angsur.
Mendorong kebebasan dan tanggung jawab.
Perlakuan pendidik (orang
dewasa) yang diharapkan bagi perkembangan peserta didik pada masa remaja
akhir :
Menghargai pandangan-pandangan peserta didik.
Menerima
kematangan peserta didik.
Memberikan kesempatan luas kepada peserta
didik untuk berolahraga dan bekerja secara cermat.
Memberikan
kesempatan yang luas untuk pendidikan karir.
Menggunakan kerjasama
kelompok untuk memecahkan masalah.
Berkreasi bersama dan
bersama-sama menegakan berbagai aturan.
Teori Belajar dan
Implikasinya Terhadap Pendidikan
Behaviorisme
Teori belajar
behaviorisme berasumsi bahwa hasil dari sebuah pembelajaran adalah
perubahan tingkah laku yang dapat diobservasi dan dipengaruhi oleh
lingkungan sekitar dengan faktor penentunya adalah penguatan atau
dorongan dari luar. Teori behaviorisme memiliki komponen yang terdiri
dari rangsangan (stimulation), tanggapan (response), dan akibat
(consequence).
Tokoh teori ini adalah B.F.Skinner Implikasinya
terhadap pendidikan adalah sebagai berikut :
Perlakuan terhadap
individu didasarkan kepada tugas yang harus dilakukan sesuai dengan
tingkat tahapan dan dalam pelaksanaannya harus ada ganjaran dan
kedisiplinan
Motivasi belajar berasal dari luar (external) dan harus
terus menerus dilakukan agar motivasi tetap terjaga
Metode
belajar dijabarkan secara rinci untuk mengembangkan disiplin ilmu
tertentu
Tujuan kurikuler berpusat pada pengetahuan dan keterampilan
akademis serta tingkah laku sosial
Pengelolaan kelas berpusat pada
guru dengan interaksi sosial sebagai sarana untuk mencapai tujuan
tertentu dan bukan merupakan tujuan utama yang hendak dicapai.
Untuk
mengefektifkan belajar maka dilakukan dengan cara menyusun program
secara rinci dan bertingkat sesuai serta mengutamakan penguasaan bahan
atau keterampilan
Kognitif
Teori belajar kognitif berasumsi
bahwa belajar adalah proses internal yang kompleks berupa pemrosesan
informasi dikarenakan setiap individu memiliki kemampuan untuk memproses
informasi sesuai faktor kognitif berdasarkan tahapan usianya sehingga
hasil belajar adalah perubahan struktur kognitif yang ada pada individu
tersebut.
Tokoh teori ini adalah Jerome Bruner
Implikasinya
terhadap pendidikan adalah sebagai berikut :
Perlakuan individu
didasarkan pada tingkat perkembangan kognitif peserta didik.
Motivasi berasal dari dalam diri individu (intrinsik) yang timbul
berdasarkan pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik.
Tujuan
kurikuler difokuskan untuk mengembangkan keseluruhan kemampuan kognitif,
bahasa, dan motorik dengan interaksi sosial berfungsi sebagai alat
untuk mengembangkan kecerdasan
Bentuk pengelolaan kelas berpusat
pada peserta didik dengan guru sebagai fasillitator
Mengefektifkan
mengajar dengan cara mengutamakan program pendidikan yang berupa
pengetahuan-pengetahuan terpadu secara hierarkis
Partisipasi peserta
didik sangat dominan guna meningkatkan sisi kognitif peserta didik
Kegiatan belajar peserta didik mengutamakan belajar untuk memahami
dengan cara insight learning
Tujuan umum dalam pendidikan adalah
untuk mengembangkan sisi kognitif secara optimal dan kemampuan
menggunakan kecerdasan secara bijaksanan
Humanisme
Teori belajar
humanisme berasumsi bahwa belajar adalah fungsi seluruh kepribadian
suatu individu dikarenakan suatu individu merupakan pribadi utuh yang
mempunyai kebebasan memilih untuk menentukan kehidupannya, juga memiliki
keinginan untuk mengetahui sesuatu, juga memiliki keinginan untuk
bereksplorasi dan mengasimilasi pengalaman-pengalamannya. Tokoh teori
ini adalah Carl Rogers
Implikasinya terhadap pendidikan adalah
sebagai berikut :
Perlakuan terhadap individu didasarkan akan
kebutuhan individual dan kepribadian peserta didik
Motivasi belajar
berasal dari dalam diri (intrinsik) karena adanya keinginan untuk
mengetahui
Metode belajar menggunakan metode pendekatan terpadu
dengan menekankan kepada ilmu-ilmu
Sosial
Tujuan kurikuler
mengutamakan pada perkembangan dari segi sosial, keterampilan
berkomunikasi, dan kemampuan untuk peka terhadap kebutuhan individu dan
orang lain bentuk pengelolaan kelas berpusat pada peserta didik yang
mempunyai kebebasan memilih dan guru hanya berperan untuk membantu untuk
mengefektifkan mengajar maka pengajaran disusun dalam bentuk
topik-topik terpadu berdasarkan pada kebutuhan peserta didik.
Partisipasi peserta didik sangat dominan kegiatan belajar peserta didik
mengutamakan belajar melalui pemahaman dan pengertian bukan hanya untuk
memperoleh pengetahuan
Tujuan umum pendidikan adalah untuk
memaksimalkan kemampuan diri dan pemahaman
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Landasan psikologis pendidikan merupakan salah satu landasan yang
penting dalam pelaksanan pendidikan karena keberhasilan pendidik dalam
menjalankan tugasnya sangat dipengaruhi oleh pemahamannya tentang
peserta didik. Oleh karena itu pendidik harus mengetahui apa yang harus
dilakukan kepada peserta didik dalam setiap tahap perkembangan yang
berbeda mulai dari bayi hingga dewasa.
Saran
Karena begitu
pentingnya landasan psikologis dalam pendidikan maka seluruh calon
pendidik dan para pendidik diharapkan mampu mempelajari serta
mengaplikasikan landasan psikologis dalam pendidikan agar proses
pendidikan berjalan dengan baik.