Minggu, 09 Juni 2013

i'jazul Qur'an




A. PENDAHULUAN

Salah satu objek penting lainnya dalam kajian 'Ulumul Qur-an adalah perbincangan mengenai mu'jizat. Dengan perantaraan mu'jizat, Allah mengingatkan manusia bahwasannya para rasul adalah utusannya yang mendapat dukungan dan bantuan dari langit. Mu'jizat yang telah diberikan kepada para nabi mempunyai fungsi yang sama, yaitu untuk memainkan peranannya dalam mengatasi kepandaian kaumnya, di samping membuktikan bahwa kekuasaan Allah itu di atas segala-galanya.
Suatu ummat yang tinggi pengetahuannya dalam ilmu kedokteran, misalnya, tidak wajar dituntun dan diarahkan dengan mu'jizat dalam ilmu tata bahasa. Begitu sebaliknya. Tuntutan dan pengarahan yang ditunjukan kepada suatu umat harus berkaitan dengan yang mereka ketahui, karena Allah tidak akan mengarahkan suatu umat pada hal-hal yang tdak mereka ketahui. Tujuannya adalah tuntutan dan pengarahan Allah itu bermakna. Di situlah, letak nilai mukjizat yang telah diberikan kepada para nabi.
Setiap nabi yang diutus Allah selalu dibekali mukjizat. Di antara fungsi mukjizat adalah meyakinkan manusia yang ragu dan tidak percaya terhadap apa yang dibawa oleh nabi tersebut. Pada hakikatnya, setiap mukjizat bersifat menantang, baik secara tegas atau tidak. Oleh karena itu, tantangan itu harus dipahami dan dimengerti orang-orang yang ditantangnya. Oleh karena itu pula, jenis mukjizat yang diberikan kepada para nabi selalu disesuaikan dengan keahlian masyarakat yang dihadapinya dengan tujuan sebagai pukulan yang mematikan bagi masyarakan yang ditantang tersebut.[1]

B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian I'jazul (kemukjizatan) Qur-an
2. Unsur-unsur yang Menyertai Mukjizat
3. Macam-macam Mukjizat
4. Segi-segi kemukjizatan Al Qur-an
5. Tujuan dan Fungsi Mukjizat


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian i'jaz

 Kata "i'jaz" secara etimologi diambil dari kata kerjaاعْجَزَ  -   إعجاز yang berarti "melemahkan atau menjadikan tidak mampu".[2] Ini sejalan dengan firman Allah:
ßN÷yftãr& ÷br& tbqä.r& Ÿ@÷WÏB #x»yd É>#{äóø9$# yͺuré'sù nouäöqy ÓŁr& (
                                                                                                     Artinya:
",,, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini,,," (Q.S. Al Maidah: 31)

I'jaz ialah ketidakmampuan mengerjakan sesuatu, lawan dari kekuasaan atau kesanggupan.[3] yang dimaksud i'jaz dalam pembahasan ini adalah menampakkan kebenaran Nabi dalam pengakuannya sebagai seorang Rasul, dengan menampakkan kelemahan orang Arab untuk menghadapi mukjizatnya yang abadi, yaitu Al Qur-an, dan kelemahan generasi-generasi sesudah mereka. Dan Mukjizat adalah sesuatu hal luar biasa yang disertai tantangan dan selamat dari perlawanan.[4]
Mukjizat didefinisikan oleh pakar agama Islam, antara lain, sebagai "suatu hal atau peristiwa luar biasa yang terjadi melalui seseorang yang mengakui nabi, sebagai bukti kenabiannya yang yang ditantangkan kepada yang ragu, untuk melakukan atau mendatangkan hal serupa, namun mereka tidak mampu melayani tantangan itu".[5]
Al-Quran digunakan oleh Nabi Muhammad SAW.untuk menantang orang-orang pada masanya dan generasi sesudahnya yang tidak percaya terhadap kebenaran Al Qur-an sebagai firman Allah (bukan ciptaan Muhammad) dan risalah serta ajaran yang dibawanya. Terhadap mereka, sungguh pun memiliki tingkat fashahah dan balaghah sedemikian tinggi di bidang bahasa Arab, Nabi meminta untuk menandingi Al Qur-an dalam tiga tahapan:[6]
1.        Mendatangkan semisal Al Qur-an secara keseluruhan, sebagaimana dijelaskan pada surat Al Isra': 88
@è% ÈûÈõ©9 ÏMyèyJtGô_$# ߧRM}$# `Éfø9$#ur #n?tã br& (#qè?ù'tƒ È@÷VÏJÎ/ #x»yd Èb#uäöà)ø9$# Ÿw tbqè?ù'tƒ ¾Ï&Î#÷WÏJÎ/ öqs9ur šc%x. öNåkÝÕ÷èt/ <Ù÷èt7Ï9 #ZŽÎgsß ÇÑÑÈ  
" Katakanlah, "sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Qur'an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain"

2.        Mendatangkan sepuluh surat yang menyamai surat-surat yang ada dalam Al Qur-an, sebagaimana dijelaskan dalam surat Hud: 13
÷Pr& šcqä9qà)tƒ çm1uŽtIøù$# ( ö@è% (#qè?ù'sù ÎŽô³yèÎ/ 9uqß ¾Ï&Î#÷VÏiB ;M»tƒuŽtIøÿãB (#qãã÷Š$#ur Ç`tB OçF÷èsÜtGó$# `ÏiB Èbrߊ «!$# bÎ) óOçFZä. tûüÏ%Ï»|¹ ÇÊÌÈ 
" Bahkan mereka mengatakan, Muhammad telah membuat-buat Al Qur-an itu, katakanlah, '(kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang benar."

3.        Mendatangkan satu surat saja yang menyamai surat-surat yang ada dalam Al Qur-an, sebagaimana dijelaskan oleh surat Al Baqarah: 23
bÎ)ur öNçFZà2 Îû 5=÷ƒu $£JÏiB $uZø9¨tR 4n?tã $tRÏö7tã (#qè?ù'sù ;ouqÝ¡Î/ `ÏiB ¾Ï&Î#÷VÏiB (#qãã÷Š$#ur Nä.uä!#yygä© `ÏiB Èbrߊ «!$# cÎ) öNçFZä. tûüÏ%Ï»|¹ ÇËÌÈ  
"Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Qur-an yang kami wahyukan kepada hamba kami (Muhammad), buatlah satu surat saja yang semisal Al Qur-an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar".

Sejarah membuktikan bahwa Al Qur-an ternyata gagal ditandingi oleh orang-orang Arab sendiri. Inilah beberapa catatan sejarah yang memperlihatkan kegagalan itu:[7]
1)        Pemimpin Quraisy pernah mengutus Abu Al-Walid, sebagai sastrawan ulung yang jarang bandingannya, untuk membuat sesuatu yang mirip dengan Al Qur-an. Ketika Abu Al-Walid berhadapan dengan Rasulullah SAW, dan ketika itu beliau membaca surat Fushshilat, ia tercengang mendengar kehalusan dan keindahan gaya bahasa Al Qur-an, dan kembali pada kaumnya dengan tangan hampa.
2)         Musailamah bin Habib Al Kadzdzab yang mengaku sebagai nabi juga pernah berusaha mengubah sesuatu yang mirip dengan ayat-ayat Al Qur-an.  Ia mengaku bahwa dirinya pun mempunyai Al Qur-an yang diturunkan dari langit dan dibawa oleh malaikat yang bernama Rahman.
Di antara gubahan-gubahan yang dimaksudkan untuk menandingi Al Qur-an adalah:
و الطاحنات طحناً, و العاجنات عحناً, والخابزات خبزاً, و الثاردات ثرداً, واللاقمات لقماً, إهالةً و سمناً, ولقد فضلنا على أهل الوبر, وما سبقكم أهل المدر, ربفكم فامنعوه, و المقبر فأووه, والباغي ففائه.
     “Demi perempuan penumbuk roti dengan tumbukan yang keras, demi pengadon roti dengan adonan yang lembut, demi tukang roti dengan rotinya, demi tukang bubur dengan buburnya, dan demi pemakan-pemakannya dengan mengagetkan dan menggemukkan, sungguh kalian telah mengutamakan ahli wabar gerakan apakah yang menyebabkan kalian mendahului golongan madar musim gugurmu cegahlah ke kuburan kembalilah dan kepada si pelacur sombonglah dan tandingilah.”
ألم تر كلف فعل ربك بالحبلى, اخرج منها نسمةً تسعى, من بين شراشيفين و حشى.
“Tidaklah kalianmelihat bagaimana tuhanmu berbuat bagi wanita hamil< dari perutnya tuhanmu mengeluarkan makhluk hidup yang dapat bergerak antara tulang rusuk dari (isi) perutnya”
الفيل.  ما الفيل. وما ادراك كا مالفيل. له خرطوم طويل. وذنب اثيل, وما ادراك من خلق ربنا بقليل.
“Gajah, apakah gajah, tahukah engkau apa gajah,? Dia mempunyai belalai panjang, dan ekor yang mantap itu bukanlah bagian dari ciptaan tuhan kita yang kecil.” 
Gubahan-gubahan tersebut, menurut Al Jahiz, seorang sastrawan Arab termasyhur, tidak mempunyai makna sama sekali, bahkan merupakan sastra kotor yang menyelimuti pembuatnya. Sedangkan Imam Rafi'i mengatakan bahwasnya musailamah sebenarnya tidak bermaksud menandingi Al qur-an dari segi bentuk bayan-nya, tetapi bermaksud mengambil cara untuk menundukkan hati kaumnya. Dengan cara itu, ia merasa lebih mudah dan lebih cepat mempengaruhi mereka. Hal itu karena Musailamah menganggap orang-orang Arab terlalu mengagungkan dukun-dukun, dan kebanyakan ungkapan dukun itu berbentuk sajak yang dikira berasal dari jin.
3)        Al-Aswad Al-Unsi, yang juga mengaku menjadi nabi di Yaman, menduga bahwa wahyu telah turun kepadanya. Suatu ketika, ia menundukkan kepala dan mengangkatnya kembali seraya berkata, "Ia berkata kepadaku.....begini...begini.....". Yang ia maksud adalah setannya yang memberi "wahyu". Ia terkenal sebagai seorang diktator, tetapi fasih dalam berbicara dan berpidato. Ia tidak menyebut dirinya berusaha menandingi Al Qur-an, tetapi hanya mengaku sebagai nabi yang menerima wahyu.
B. Unsur-unsur yang Menyertai Mukjizat
            Unsur-unsur penting yang terdapat dalam mukjizat dan harus menyertainya tersebut adalah:[8]
1.        Hal atau peristiwa yang luar biasa
Peristiwa-peristiwa alam, misalnya yang terlihat sehari-hari walaupun menakjubkan tidak tidak dinamai mukjizat, karena ia merupakan sesuatu yang biasa. Yang dimaksud dengan "luar biasa" adalah sesuatu yang berada diluar jangkauan sebab dan akibat yang hukum-hukumnya diketahui secara umum. Dengan demikian, hipnotisme dan sihir, misalnya, walaupun sekilas dalam pengertian "luar biasa" dalam definisi diatas.
2.        Terjadi atau dipaparkan oleh seorang yang mengaku nabi
Tidak mustahil terjadi hal-hal di luar kebiasaan pada diri siapapun. Namun, apabila bukan dari seorang yang mengaku nabi, tidak dinamai mukjizat. Sesuatu yang luar biasa tampak pada diri seseorang yang kelak bakal menjadi nabi pun tidak dinamai mukjizat, tetapi irhash. Keluarbiasaan yang terjadi pada seseorang yang taat dan dicintai oleh Allah pun tidak dapat disebut mukjizat, tetapi karamah atau kekeramatan, yang bahkan tidak mustahil terjadi pada seseorang yang durhaka kepada-Nya. Kekeramatan yang terakhir ini dinamai ihanah (penghinaan) atau istidraj (rangsangan untuk berbuat lebih durhaka lagi). Bertitik tolak dari keyakinan umat islam bahwa Nabi Muhammad SAW adalah nabi terakhir, tidak mungkin lagi terjadi suatu mukjizat sepeninggalnya, walaupun ini bukan berarti keluar biasaan tidak dapat terjadi dewasa ini.
3.        Mengandung tantangan terhadap yang meragukan kenabian
Tentu saja, tantangan ini harus bebarengan dengan pengakuannya sebagai nabi, bukan sebelum atau sesudahnya. Disisi lain, tantangan tersebut harus pula merupakan sesuatu yang sejalan dengan ucapan sang nabi itu. Kalau misalnya, ia berkata, "batu ini dapat berbicara", tetapi ketika batu itu berbicara, dikatakannya bahwa "sang penantang berbohong" maka keluarbiasaan ini bukanlah suatu mukjizat, tetapi ihanah atau istidraj.
4.        Tantangan tersebut tidak mampu atau gagal dilayani
Bila yang ditantang berhasil melakukan hal yang serupa, ini berarti bahwa pengakuan sang penantang tidak terbukti. Perlu digarisbawahi bahwa kandungan tantangan harus bena-benar dipahami oleh oleh yang ditantang. Bahkan untuk lebih membuktikan kegagalan mereka, biasanya aspek kemukjizatan tiap-tiap nabi berupa hal-hal yang sesuai dengan bidang keahlian umatnya.
C. Macam-macam Mukjizat
Secara garis besar,mukjizat dapat dibagi dalam dua bagian pokok, yaitu mukjizat yang bersifat material indrawi yang tidak kekal dan mujizat imaterial, logis, yang dapat dibuktikan sepanjang masa. Mukjizat nabi-nabi terdahulu merupakan jenis pertama. Mukjizat mereka bersifat material dan indrawi dalam artian keluarbiasaan tersebutbisa disaksikan atau dijangkau langsung melalui indra oleh masyarakat tempat nabi tersebut menyampaikan risalahnya.
Perahu Nabi Nuh a.s yang dibuat atas petunjuk Allah sehingga mampu bertahan dalam situasi ombak dan gelombang yang demikian dahsyatnya; tidak terbkarnya Nabi Ibrahim a.s dalamkobaran api yang sangat besar; tongkat Nabi Musa a.s yang beralih wujud menjadi ular; penyembuhan yang dilakukan Nabi Isa a.s atas seizin Allah, dan lain-lain. Kesemuanya bersifat material indrawi, sekaligus terbatas pada lokasi tempat nabi berada, dan berakhir dengan wafatnya tiap-tiap nabi tersebut. Ini berbeda dengan mukjizat Nabi Muhammad SAW yang sifatnya bukan indrawi atau material, tetapi dapat dipahami akal. Karena sifatnya yang demikian, ia tidak dibatasi oleh suatu tempat atau masa tertentu. Mukjizat Al Qur-an dapat dijangkau oleh setiap orang yang menggunakan akalnya dimanapun dan kapanpun.[9] 
Terjadinya mukjizt akal itu selalu dikhususkan kepada orang-orang yang memiliki ketajaman pandangan, sebagaimana yang disabdakan Nabi:[10]
ما من الأنبياء نبي إلا إعطي ما مثله أمن عليه البشر و إنٌما كان اللذي أوتيت وحياً أوحاه الله إلي فأرجو أن أكون أكثرهم تابعاً {اخرجه البخارى}
"tiadaseorang nabi pun kecuali diberi mukjizat yang dapat membuat manusia beriman kepadanya. Namun apa yang diberikan kepadaku adalah wahyu yang datangnya dari Allah. Karena itu aku berharap semoga kiranya aku menjadi Nabi yang paling banyak pengikutnya" (HR Bukhari)

D. Segi-segi kemukjizatan Al Qur-an
            1. Gaya Bahasa
            Gaya bahasa Al Qur-an banyak membuat orang Arab saat itu kagum dan terpesona. Kehalusan ungkapan bahasanya membuat banyak manusia masuk islam. Bahkan, Umar bin Khattab pun yang mulanya dikenal sebagai seorang yang paling memusuhi Nabi Muhammad SAW dan bahkan berusaha untuk membunuhnya, ternyata masuk islam dan beriman kepada kerasulan Muhammad hanya karena mendengar petikan ayat-ayat Al Qur-an. Susunan Al Qur-an tidak dapat disamai oleh karya sebaik apapun.
            Al Qur-an mencapai tingkat tertinggi dari segi keindahan bahasanya, sehingga membuat kagum bukan saja orang-orang mukmin, tetapi juga orang-orang kafir. Berbagai riwayat menyatakan bahwa tokoh-tokoh kaum musyrik sering secara sembunyi-sembunyi berupaya mendengarkan ayat-ayat Al Qur-an yang dibaca oleh kaum muslim. Kaum muslimin di samping mengagumi keindahan bahasanya, juga mengagumi kandungannya serta meyakini bahwa ayat-ayat Al Qur-an adalah petunjuk kebahagiaan dunia dan akhirat.[11]
            2. Susunan Kalimat
            Kendatipun Al Qur-an, hadits Qudsi, dan hadits nabawi, sama-sama keluar dari mulut Nabi, uslub (style) atau susunan bahasanya sangat jauh berbeda. Uslub bahasa Al Qur-an jauh lebih tinggi kualitasnya bila dibandingkan dengan dua yang lainnya. Al Qur-an muncul dengan uslub yang begitu indah, di dalamnya terkandung nilai-nilai istimewa dan tidak akan pernah ada pada ucapan manusia.
            Dalam Al Qur-an, misalnya, banyak ayat yang mengandung tasybih (penyerupaan) yang disusun dalam bentuk yang sangat indah lagi mempesona, jauh lebih indah dari pada apa yang dibuat oleh para penyair dan sastrawan. Menurut pakar ilmu balaghah, Al Qur-an selain menggunakan tasybih dan isti’arah, juga menggunakan majaz (metafora) dan matsal (perumpamaan).
  1. Hukum Ilahi yang Sempurna
Al Qur-an menjelaskan pokokakidah, norma-norma keutamaan, sopan santun, undang-undang ekonomi politik, sosial kemasyarakatan, serta hukum-hukum ibadah. Kalau pokok-pokok ibadah wajib diperhatikan, akan diperoleh kenyataan bahwa Islam telah memperluasnya menganekaragamkannya serta meramunya menjadi ibadah maliyah, seperti zakat dan sedekah. Ada juga yang berupa ibadah amaliyah sekaligus ibadah badaniyah seperti berjuang di jalan Allah.
Tentang akidah, Al Qur-an mengajak umat manusia pada akidah yang suci dan tinggi, yakin beriman kepada Allah Yang Maha Agung, menyatakan adanya nabi dan rasul serta mempercayai semua kitab samawi.
Dalam bidang undang-undang, Al Qur-an telah menetapkan kaidah-kaidah mengenai perdata, pidana politik, dan ekonomi. Mengenai hubungan internasional, Al Qur-an telah menetapkan dasar-dasarnya yang palingsempurna dan adil, baik dalam keadaan damai maupun perang.[12]
  1. Ketelitian Redaksinya
Al Qur-an sangat teliti dalam pemilihan kosa katanya. Sering kali pemilihan tersebut—pada pandangan pertama—tampak ganjil, bahkan boleh jadi dinilai menyalahi kaidah kebahasaan atau tidak sejalan dengan bahasa yang baik dan benar. Berikut salah satu dari contohnya.[13]
 Kata طفل (tifl) yang berarti “anak” dalam bentuk tunggal ditemukan dalam Al Qur-an pada tiga ayat. Tetapi, apabila diamati secara cermat ditemukan bahwa ayat-ayat tersebut walaupun menggunakan bentuk tunggal, yang dimaksudkan adalah “anak-anak” (bentuk jamak) perhatikan firman-Nya dalam surah Al Hajj: 5
4 É)çRur Îû ÏQ%tnöF{$# $tB âä!$t±nS #n<Î) 9@y_r& wK|¡B §NèO öNä3ã_̍øƒéU WxøÿÏÛ ¢OèO (#þqäóè=ö7tFÏ9 öNà2£ä©r& (
     Dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur- angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan”,
            Demikian juga halnya dalam surah Ghafir: 67, bahkan dalam surah An-Nur: 31
  1. Berita Tentang Hal-hal yang Ghaib
Al Qur-an mengungkap sekian banyak ragam hal gaib. Al Qur-an mengungkap kejadian masa lampau yang tidak diketahui manusia, karena masanya telah demikian lamanya, dan mengungkap juga peristiwa masa datang atau masa kini yang belum diketahui manusia.
Peristiwa gaib pada masa lampau yang diuyngkapkan oleh Al Qur-an, misalnya, adalah peristiwa tenggelamnya Fir’aun dan diselamatkan bandanya, atau peristiwa Ashabul Kahfi (sekelompok pemuda yang berlindung ke gua dan hidup selama tiga ratus tahun lebih). Sementara peristiwa masa datang yang diungkapkannya dapat dibagi dalam dua bagian pokok.[14]
Pertama, telah terjadi kini setelah sebelumnya Al qur-an menguraikan bakal terjadinya kemenangan bangsa Romawi atas Persia pada masa sekitar Sembilan tahun sebelum kejadianya. Yang dijelaskan dalam surah Ar Rum: 1-5
$O!9# ÇÊÈ   ÏMt7Î=äñ ãPr9$# ÇËÈ   þÎû oT÷Šr& ÇÚöF{$# Nèdur -ÆÏiB Ï÷èt/ óOÎgÎ6n=yñ šcqç7Î=øóuy ÇÌÈ   Îû ÆìôÒÎ/ šúüÏZÅ 3 ¬! ãøBF{$# `ÏB ã@ö6s% .`ÏBur ß÷èt/ 4 7ͳtBöqtƒur ßytøÿtƒ šcqãZÏB÷sßJø9$# ÇÍÈ   ÎŽóÇuZÎ/ «!$# 4 çŽÝÇZtƒ ÆtB âä!$t±o ( uqèdur âƒÍyèø9$# ÞOŠÏm§9$# ÇÎÈ    
 Alif laam Miim. Telah dikalahkan bangsa Rumawi. Di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang. Dalam beberapa tahun lagi bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). dan di hari (kemenangan bangsa Rumawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman, karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang dikehendakiNya. dan Dialah Maha Perkasa lagi Penyayang.
Kedua, peristiwa masa datang yang belum lagi terjadi, seperti peristiwa kehadiran seekor “binatang” yang bercakap menjelang hari kiamat.
#sŒÎ)ur yìs%ur ãAöqs)ø9$# öNÍköŽn=tã $oYô_t÷zr& öNçlm; Zp­/!#yŠ z`ÏiB ÇÚöF{$# óOßgãKÏk=s3è? ¨br& }¨$¨Z9$# (#qçR%x. $uZÏG»tƒ$t«Î/ Ÿw tbqãZÏ%qムÇÑËÈ    
“Dan apabila Perkataan telah jatuh atas mereka, Kami keluarkan sejenis binatang melata dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka, bahwa Sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami”

  1. Isyarat-Isyarat Ilmiyah

Hakikat-hakikat ilmiah yang disinggung Al Qur-an, dikemukakannya dalam redaksi yang singkat dan sarat makna, sekaligus tidak terlepas dari cirri umum redaksinya, yakni memuaskan kebanyakan orang dan para pemikir. Banyak sekali isyarat ilmiah yang ditemukan dalam Al Qur-an. [15]Diantaranya:
a.       Ihwal reproduksi manusia
Persoalan reproduksi manusia, serta tahap-tahap yang dilaluinya hingga tercipta sebagai manusia ciptaan tuhan yang lain dari pada yang lain. Sebagaimana firman-Nya: (QS Al Waqiah : 58-59)
Läê÷ƒuätsùr& $¨B tbqãZôJè? ÇÎÑÈ   óOçFRr&uä ÿ¼çmtRqà)è=øƒrB ÷Pr& ß`óstR tbqà)Î=»sƒø:$# ÇÎÒÈ 
                                                                                                                                                   
Artinya:Maka Terangkanlah kepadaku tentang nutfah yang kamu pancarkan.. kamukah yang menciptakannya, atau kamikah yang menciptakannya?”
b.      Ihwal kejadian alam semesta
Al Qur-an juga mengisyaratkan bahwa langit dan bumi tadinya merupakan satu gumpalan melalui firman-Nya:
óOs9urr& ttƒ tûïÏ%©!$# (#ÿrãxÿx. ¨br& ÏNºuq»y¡¡9$# uÚöF{$#ur $tFtR%Ÿ2 $Z)ø?u $yJßg»oYø)tFxÿsù ( $oYù=yèy_ur z`ÏB Ïä!$yJø9$# ¨@ä. >äóÓx« @cÓyr ( Ÿxsùr& tbqãZÏB÷sム ÇÌÉÈ 
Artinya: "Tidaklah orang-orang kafir memerhatikan bahwa langit dan bumi tadinya merupakan satu yang padu (gumpalan), kemudian kami memisahkannya dan kami jadikan dari air segala sesuatu yang hidup. Maka mereka tidak mengetahui"
                                                                                                                                                
                                                                                                                                                                                          

C. Cahaya matahari bersumber dari dirinya dan cahaya bulan merupakan pantulan. Sebagaimana yang dijelaskan firman Allah:
uqèd Ï%©!$# Ÿ@yèy_ š[ôJ¤±9$# [ä!$uÅÊ tyJs)ø9$#ur #YqçR ¼çnu£s%ur tAÎ$oYtB (#qßJn=÷ètFÏ9 yŠytã tûüÏZÅb¡9$# z>$|¡Åsø9$#ur 4 $tB t,n=y{ ª!$# šÏ9ºsŒ žwÎ) Èd,ysø9$$Î/ 4 ã@Å_ÁxÿムÏM»tƒFy$# 5Qöqs)Ï9 tbqßJn=ôètƒ ÇÎÈ  

E. Tujuan dan Fungsi Mukjizat
Mukjizat berfungsi sebagai bukti kebenaran para nabi. Keluarbiasaan yang tampak atau terjadi melalui mereka itu diibaratkan sebagai ucapan tuhan: "Apa yang dinyatakan sang nabi adalah benar. Dia adalah utusanKu, dan buktinya adalah Aku melakukan mukjizat itu".
Mukjizat walaupun dari segi bahasa berarti melemahkan, akan tetapi dari segi agama, ia sama sekali tidak dimaksudkan untuk melemahkan atau membuktikan ketidakmampuan yang ditantang. Mukjizat ditampilkan oleh Tuhan melalui hamba-hamba pilihanNya untuk membuktikan kebenaran ajaran Ilahi yang dibawa oleh masing-masing nabi. Jika demikian halnya, ini paling tidak mengandung dua konsekuensi.
Pertama, bagi yang telah percaya kepada nabi, maka ia tidak lagi membutuhkan mukjizat. Dia tidak lagi ditantang untuk melakukan hal yang sama. Mukjizat yang dilihat atau dialaminya hanya berfungsi memperkuat keimanan, serta menambah keyakinannya akan kebesaran Allah Swt.
Kedua, para nabi sejak Adam a.s hingga Isa a.s diutus untuk suatu kurun tertentu serta masyarakat tertentu. Tantangan yang mereka kemukakan sebagai mukjizat pasti tidak dapat dilakukan oleh umatnya.[16]  
1.    Masih terbuka lebar untuk membuat penafsirkan kandungan-kandungan dari aya- Al Qur-an
Menunjukan bahwa manusia itu lemah, dilihat ketika Allah hanya berfirman akan tetapi manusia masih repo-repot untuk melakukan penilitian untuk menunjukan/membuktikan ayat-ayat tersebut,

























BAB III
PENUTUP
A. KESIMPILAN
1)        Kata "i'jaz" secara etimologi diambil dari kata kerjaاعْجَزَ  -   إعجاز yang berarti "melemahkan atau menjadikan tidak mampu".
i'jaz dalam pembahasan ini adalah menampakkan kebenaran Nabi dalam pengakuannya sebagai seorang Rasul, dengan menampakkan kelemahan orang Arab untuk menghadapi mukjizatnya yang abadi, yaitu Al Qur-an, dan kelemahan generasi-generasi sesudah mereka.
2)         Unsur-unsur penting yang terdapat dalam mukjizat dan harus menyertainya tersebut adalah:
Ø  Hal atau peristiwa yang luar biasa
Ø  Terjadi atau dipaparkan oleh seorang yang mengaku nabi
Ø  Mengandung tantangan terhadap yang meragukan kenabian
Ø  Tantangan tersebut tidak mampu atau gagal dilayani
3)  Macam-macam Mukjizat, Secara garis besar,mukjizat dapat dibagi dalam dua bagian pokok,
1. Mukjizat yang bersifat material indrawi yang tidak kekal dan,
2. Mujizat imaterial, logis yang dapat dibuktikan sepanjang masa.
4)  Segi-segi Kemukjizatan Al Qur-an
1. Gaya bahasa
2. Susunan Kalimat
3. Hukum Ilahi yang sempurna
4. Ketelitian redaksinya
5. Berita tentang hal-hal yang gaib
6. Isyarat-isyarat ilmiah
5)                  Tujuan dan fungsi mukjizat Al Qur-an
Ø  Sebagai pukulan yang mematikan bagi masyarakan yang ditantang tersebut.
Ø  Untuk membuktikan kebenaran ajaran Ilahi yang dibawa oleh masing-masing nabi.
Ø  Untuk memperkuat keimanan.
Ø  Untuk menambah keyakinannya akan kebesaran Allah Swt.

 B. DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Rosihon, 2013, Ulum Al-Quran, Bandung: Pustaka Setia
Ash Shiddieqy, Tengku Muhammad Hasbi, 2002, Ilmu-ilmu Al Qur-an, Semarang: Pustaka Rizki Putra
Al-Qaththan, Syaikh Manna', 2013, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur'an, terj. Aunur Rafiq El Mazni, Mabahits fi Ulumil Qur-an,  Jakarta: Pustaka Al-Kautsar
Shihab, M. Quraish, 2007, Mukjizat Al-Quran, Bandung: Mizan
Al sayid Muhammad bin Alawi Al Maliki Al Hasani, 2008, Al Qowaidul Asaasiyah fi Ulumil Quran, diindonesiakan oleh Idhoh Anas, Kaidah-kaidah Ulumul Qur'an, Pekalongan: Al Asri


[1] Rosihon Anwar, Ulum Al-Quran, (Pustaka Setia: Bandung, 2013), hal. 183
[2] Rosihon Anwar, Ulum Al-Quran, hal. 184
[3] Tengku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Ilmu-ilmu Al Qur-an, (Pustaka Rizki Putra: Semarang, 2002) hal. 317
[4] Syaikh Manna' Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur'an, terj. Aunur Rafiq El Mazni (Pustaka Al-Kautsar: Jakarta, 2013)
[5] M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Quran, (Mizan: Bandung, 2007), hal. 25
[6] Rosihon Anwar, Ulum Al-Quran, hal. 186
[7] Ibid, hal. 187
[8] M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Quran, hal. 25-27
[9] M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Quran, (Mizan: Bandung, 2007), hal. 38
[10] Al sayid Muhammad bin Alawi Al Maliki Al Hasani, Kaidah-kaidah Ulumul Qur'an, Terj. Drs. H. A. Idhoh Anas, M.A. (Pekalongan: Al Asri, 2008), hal. 128
[11] Rosihon Anwar, Ulum Al-Quran, hal. 193
[12] Ibid, hal.194
[13] M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Quran, (Bandung: Mizan, 2007), hal. 149
[14] Ibid, hal.198
[15] Ibid, hal. 170-175
[16] Ibid, hal. 35

Tidak ada komentar:

Posting Komentar