A.
PENDAHULUAN
Salah satu objek
penting lainnya dalam kajian 'Ulumul Qur-an adalah perbincangan mengenai
mu'jizat. Dengan perantaraan mu'jizat, Allah mengingatkan manusia bahwasannya
para rasul adalah utusannya yang mendapat dukungan dan bantuan dari langit.
Mu'jizat yang telah diberikan kepada para nabi mempunyai fungsi yang sama,
yaitu untuk memainkan peranannya dalam mengatasi kepandaian kaumnya, di samping
membuktikan bahwa kekuasaan Allah itu di atas segala-galanya.
Suatu ummat yang
tinggi pengetahuannya dalam ilmu kedokteran, misalnya, tidak wajar dituntun dan
diarahkan dengan mu'jizat dalam ilmu tata bahasa. Begitu sebaliknya. Tuntutan
dan pengarahan yang ditunjukan kepada suatu umat harus berkaitan dengan yang
mereka ketahui, karena Allah tidak akan mengarahkan suatu umat pada hal-hal
yang tdak mereka ketahui. Tujuannya adalah tuntutan dan pengarahan Allah itu
bermakna. Di situlah, letak nilai mukjizat yang telah diberikan kepada para
nabi.
Setiap nabi yang
diutus Allah selalu dibekali mukjizat. Di antara fungsi mukjizat adalah
meyakinkan manusia yang ragu dan tidak percaya terhadap apa yang dibawa oleh
nabi tersebut. Pada hakikatnya, setiap mukjizat bersifat menantang, baik secara
tegas atau tidak. Oleh karena itu, tantangan itu harus dipahami dan dimengerti
orang-orang yang ditantangnya. Oleh karena itu pula, jenis mukjizat yang
diberikan kepada para nabi selalu disesuaikan dengan keahlian masyarakat yang
dihadapinya dengan tujuan sebagai pukulan yang mematikan bagi masyarakan yang
ditantang tersebut.[1]
B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian
I'jazul (kemukjizatan) Qur-an
2. Unsur-unsur
yang Menyertai Mukjizat
3. Macam-macam
Mukjizat
4. Segi-segi
kemukjizatan Al Qur-an
5. Tujuan
dan Fungsi Mukjizat
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian i'jaz
Kata "i'jaz" secara etimologi
diambil dari kata kerjaاعْجَزَ - إعجاز yang berarti "melemahkan
atau menjadikan tidak mampu".[2] Ini
sejalan dengan firman Allah:
ßN÷yftãr& ÷br&
tbqä.r&
@÷WÏB #x»yd
É>#{äóø9$#
yͺuré'sù
nouäöqy ÓÅr& (
Artinya:
",,, mengapa aku tidak mampu
berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku
ini,,," (Q.S. Al Maidah: 31)
I'jaz ialah
ketidakmampuan mengerjakan sesuatu, lawan dari kekuasaan atau kesanggupan.[3] yang
dimaksud i'jaz dalam pembahasan ini adalah menampakkan kebenaran Nabi dalam
pengakuannya sebagai seorang Rasul, dengan menampakkan kelemahan orang Arab
untuk menghadapi mukjizatnya yang abadi, yaitu Al Qur-an, dan kelemahan
generasi-generasi sesudah mereka. Dan Mukjizat adalah sesuatu hal luar biasa
yang disertai tantangan dan selamat dari perlawanan.[4]
Mukjizat didefinisikan
oleh pakar agama Islam, antara lain, sebagai "suatu hal atau peristiwa
luar biasa yang terjadi melalui seseorang yang mengakui nabi, sebagai bukti
kenabiannya yang yang ditantangkan kepada yang ragu, untuk melakukan atau
mendatangkan hal serupa, namun mereka tidak mampu melayani tantangan itu".[5]
Al-Quran digunakan oleh
Nabi Muhammad SAW.untuk menantang orang-orang pada masanya dan generasi
sesudahnya yang tidak percaya terhadap kebenaran Al Qur-an sebagai firman Allah
(bukan ciptaan Muhammad) dan risalah serta ajaran yang dibawanya. Terhadap
mereka, sungguh pun memiliki tingkat fashahah dan balaghah sedemikian tinggi di
bidang bahasa Arab, Nabi meminta untuk menandingi Al Qur-an dalam tiga tahapan:[6]
1.
Mendatangkan semisal Al Qur-an secara
keseluruhan, sebagaimana dijelaskan pada surat Al Isra': 88
@è% ÈûÈõ©9
ÏMyèyJtGô_$# ߧRM}$# `Éfø9$#ur
#n?tã br& (#qè?ù't È@÷VÏJÎ/
#x»yd Èb#uäöà)ø9$# w
tbqè?ù't
¾Ï&Î#÷WÏJÎ/
öqs9ur c%x. öNåkÝÕ÷èt/
<Ù÷èt7Ï9 #ZÎgsß
ÇÑÑÈ
" Katakanlah, "sesungguhnya jika
manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Qur'an ini, niscaya
mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian
mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain"
2.
Mendatangkan sepuluh surat yang menyamai
surat-surat yang ada dalam Al Qur-an, sebagaimana dijelaskan dalam surat Hud:
13
÷Pr& cqä9qà)t çm1utIøù$# ( ö@è% (#qè?ù'sù Îô³yèÎ/ 9uqß ¾Ï&Î#÷VÏiB ;M»tutIøÿãB (#qãã÷$#ur Ç`tB OçF÷èsÜtGó$# `ÏiB Èbrß «!$# bÎ) óOçFZä. tûüÏ%Ï»|¹ ÇÊÌÈ
" Bahkan mereka
mengatakan, Muhammad telah membuat-buat Al Qur-an itu, katakanlah, '(kalau
demikian), maka datangkanlah sepuluh surat yang menyamainya, dan panggillah
orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang
orang-orang benar."
3.
Mendatangkan satu surat saja yang menyamai
surat-surat yang ada dalam Al Qur-an, sebagaimana dijelaskan oleh surat Al
Baqarah: 23
bÎ)ur öNçFZà2 Îû 5=÷u $£JÏiB $uZø9¨tR 4n?tã $tRÏö7tã (#qè?ù'sù ;ouqÝ¡Î/ `ÏiB ¾Ï&Î#÷VÏiB (#qãã÷$#ur Nä.uä!#yygä© `ÏiB Èbrß «!$# cÎ) öNçFZä. tûüÏ%Ï»|¹ ÇËÌÈ
"Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan
tentang Al Qur-an yang kami wahyukan kepada hamba kami (Muhammad), buatlah satu
surat saja yang semisal Al Qur-an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain
Allah, jika kamu orang-orang yang benar".
Sejarah
membuktikan bahwa Al Qur-an ternyata gagal ditandingi oleh orang-orang Arab
sendiri. Inilah beberapa catatan sejarah yang memperlihatkan kegagalan itu:[7]
1)
Pemimpin Quraisy pernah mengutus Abu Al-Walid,
sebagai sastrawan ulung yang jarang bandingannya, untuk membuat sesuatu yang
mirip dengan Al Qur-an. Ketika Abu Al-Walid berhadapan dengan Rasulullah SAW,
dan ketika itu beliau membaca surat Fushshilat, ia tercengang mendengar
kehalusan dan keindahan gaya bahasa Al Qur-an, dan kembali pada kaumnya dengan
tangan hampa.
2)
Musailamah bin Habib Al Kadzdzab yang mengaku
sebagai nabi juga pernah berusaha mengubah sesuatu yang mirip dengan ayat-ayat
Al Qur-an. Ia mengaku bahwa dirinya pun
mempunyai Al Qur-an yang diturunkan dari langit dan dibawa oleh malaikat yang
bernama Rahman.
Di antara
gubahan-gubahan yang dimaksudkan untuk menandingi Al Qur-an adalah:
و الطاحنات طحناً, و العاجنات عحناً, والخابزات خبزاً, و
الثاردات ثرداً, واللاقمات لقماً, إهالةً و سمناً, ولقد فضلنا على أهل الوبر, وما
سبقكم أهل المدر, ربفكم فامنعوه, و المقبر فأووه, والباغي ففائه.
“Demi perempuan penumbuk roti dengan tumbukan yang keras, demi
pengadon roti dengan adonan yang lembut, demi tukang roti dengan rotinya, demi
tukang bubur dengan buburnya, dan demi pemakan-pemakannya dengan mengagetkan
dan menggemukkan, sungguh kalian telah mengutamakan ahli wabar gerakan apakah
yang menyebabkan kalian mendahului golongan madar musim gugurmu cegahlah ke
kuburan kembalilah dan kepada si pelacur sombonglah dan tandingilah.”
ألم تر
كلف فعل ربك بالحبلى, اخرج منها نسمةً تسعى, من بين شراشيفين و حشى.
“Tidaklah kalianmelihat bagaimana tuhanmu
berbuat bagi wanita hamil< dari perutnya tuhanmu mengeluarkan makhluk hidup
yang dapat bergerak antara tulang rusuk dari (isi) perutnya”
الفيل. ما الفيل. وما ادراك كا مالفيل. له خرطوم طويل.
وذنب اثيل, وما ادراك من خلق ربنا بقليل.
“Gajah, apakah gajah, tahukah engkau apa
gajah,? Dia mempunyai belalai panjang, dan ekor yang mantap itu bukanlah bagian
dari ciptaan tuhan kita yang kecil.”
Gubahan-gubahan tersebut,
menurut Al Jahiz, seorang sastrawan Arab termasyhur, tidak mempunyai makna sama
sekali, bahkan merupakan sastra kotor yang menyelimuti pembuatnya. Sedangkan
Imam Rafi'i mengatakan bahwasnya musailamah sebenarnya tidak bermaksud
menandingi Al qur-an dari segi bentuk bayan-nya, tetapi bermaksud mengambil
cara untuk menundukkan hati kaumnya. Dengan cara itu, ia merasa lebih mudah dan
lebih cepat mempengaruhi mereka. Hal itu karena Musailamah menganggap orang-orang
Arab terlalu mengagungkan dukun-dukun, dan kebanyakan ungkapan dukun itu
berbentuk sajak yang dikira berasal dari jin.
3)
Al-Aswad Al-Unsi, yang juga mengaku menjadi nabi
di Yaman, menduga bahwa wahyu telah turun kepadanya. Suatu ketika, ia menundukkan
kepala dan mengangkatnya kembali seraya berkata, "Ia berkata
kepadaku.....begini...begini.....". Yang ia maksud adalah setannya yang
memberi "wahyu". Ia terkenal sebagai seorang diktator, tetapi fasih
dalam berbicara dan berpidato. Ia tidak menyebut dirinya berusaha menandingi Al
Qur-an, tetapi hanya mengaku sebagai nabi yang menerima wahyu.
B. Unsur-unsur yang Menyertai
Mukjizat
1.
Hal atau peristiwa yang luar biasa
Peristiwa-peristiwa
alam, misalnya yang terlihat sehari-hari walaupun menakjubkan tidak tidak
dinamai mukjizat, karena ia merupakan sesuatu yang biasa. Yang dimaksud dengan
"luar biasa" adalah sesuatu yang berada diluar jangkauan sebab dan
akibat yang hukum-hukumnya diketahui secara umum. Dengan demikian, hipnotisme
dan sihir, misalnya, walaupun sekilas dalam pengertian "luar biasa"
dalam definisi diatas.
2.
Terjadi atau dipaparkan oleh seorang yang
mengaku nabi
Tidak mustahil
terjadi hal-hal di luar kebiasaan pada diri siapapun. Namun, apabila bukan dari
seorang yang mengaku nabi, tidak dinamai mukjizat. Sesuatu yang luar biasa
tampak pada diri seseorang yang kelak bakal menjadi nabi pun tidak dinamai
mukjizat, tetapi irhash. Keluarbiasaan yang terjadi pada seseorang yang
taat dan dicintai oleh Allah pun tidak dapat disebut mukjizat, tetapi karamah
atau kekeramatan, yang bahkan tidak mustahil terjadi pada seseorang yang
durhaka kepada-Nya. Kekeramatan yang terakhir ini dinamai ihanah (penghinaan)
atau istidraj (rangsangan untuk berbuat lebih durhaka lagi). Bertitik
tolak dari keyakinan umat islam bahwa Nabi Muhammad SAW adalah nabi terakhir,
tidak mungkin lagi terjadi suatu mukjizat sepeninggalnya, walaupun ini bukan
berarti keluar biasaan tidak dapat terjadi dewasa ini.
3.
Mengandung tantangan terhadap yang meragukan
kenabian
Tentu saja,
tantangan ini harus bebarengan dengan pengakuannya sebagai nabi, bukan sebelum
atau sesudahnya. Disisi lain, tantangan tersebut harus pula merupakan sesuatu
yang sejalan dengan ucapan sang nabi itu. Kalau misalnya, ia berkata,
"batu ini dapat berbicara", tetapi ketika batu itu berbicara,
dikatakannya bahwa "sang penantang berbohong" maka keluarbiasaan ini
bukanlah suatu mukjizat, tetapi ihanah atau istidraj.
4.
Tantangan tersebut tidak mampu atau gagal
dilayani
Bila yang
ditantang berhasil melakukan hal yang serupa, ini berarti bahwa pengakuan sang
penantang tidak terbukti. Perlu digarisbawahi bahwa kandungan tantangan harus
bena-benar dipahami oleh oleh yang ditantang. Bahkan untuk lebih membuktikan
kegagalan mereka, biasanya aspek kemukjizatan tiap-tiap nabi berupa hal-hal
yang sesuai dengan bidang keahlian umatnya.
C. Macam-macam Mukjizat
Secara garis
besar,mukjizat dapat dibagi dalam dua bagian pokok, yaitu mukjizat yang bersifat
material indrawi yang tidak kekal dan mujizat imaterial, logis, yang dapat
dibuktikan sepanjang masa. Mukjizat nabi-nabi terdahulu merupakan jenis
pertama. Mukjizat mereka bersifat material dan indrawi dalam artian
keluarbiasaan tersebutbisa disaksikan atau dijangkau langsung melalui indra
oleh masyarakat tempat nabi tersebut menyampaikan risalahnya.
Perahu Nabi Nuh
a.s yang dibuat atas petunjuk Allah sehingga mampu bertahan dalam situasi ombak
dan gelombang yang demikian dahsyatnya; tidak terbkarnya Nabi Ibrahim a.s
dalamkobaran api yang sangat besar; tongkat Nabi Musa a.s yang beralih wujud
menjadi ular; penyembuhan yang dilakukan Nabi Isa a.s atas seizin Allah, dan
lain-lain. Kesemuanya bersifat material indrawi, sekaligus terbatas pada lokasi
tempat nabi berada, dan berakhir dengan wafatnya tiap-tiap nabi tersebut. Ini
berbeda dengan mukjizat Nabi Muhammad SAW yang sifatnya bukan indrawi atau
material, tetapi dapat dipahami akal. Karena sifatnya yang demikian, ia tidak
dibatasi oleh suatu tempat atau masa tertentu. Mukjizat Al Qur-an dapat
dijangkau oleh setiap orang yang menggunakan akalnya dimanapun dan kapanpun.[9]
Terjadinya
mukjizt akal itu selalu dikhususkan kepada orang-orang yang memiliki ketajaman
pandangan, sebagaimana yang disabdakan Nabi:[10]
ما من الأنبياء نبي إلا إعطي ما مثله أمن عليه البشر و إنٌما
كان اللذي أوتيت وحياً أوحاه الله إلي فأرجو أن أكون أكثرهم تابعاً {اخرجه
البخارى}
"tiadaseorang
nabi pun kecuali diberi mukjizat yang dapat membuat manusia beriman kepadanya.
Namun apa yang diberikan kepadaku adalah wahyu yang datangnya dari Allah.
Karena itu aku berharap semoga kiranya aku menjadi Nabi yang paling banyak
pengikutnya" (HR Bukhari)
D. Segi-segi kemukjizatan Al
Qur-an
1.
Gaya Bahasa
Gaya
bahasa Al Qur-an banyak membuat orang Arab saat itu kagum dan terpesona.
Kehalusan ungkapan bahasanya membuat banyak manusia masuk islam. Bahkan, Umar
bin Khattab pun yang mulanya dikenal sebagai seorang yang paling memusuhi Nabi
Muhammad SAW dan bahkan berusaha untuk membunuhnya, ternyata masuk islam dan
beriman kepada kerasulan Muhammad hanya karena mendengar petikan ayat-ayat Al
Qur-an. Susunan Al Qur-an tidak dapat disamai oleh karya sebaik apapun.
Al
Qur-an mencapai tingkat tertinggi dari segi keindahan bahasanya, sehingga
membuat kagum bukan saja orang-orang mukmin, tetapi juga orang-orang kafir.
Berbagai riwayat menyatakan bahwa tokoh-tokoh kaum musyrik sering secara
sembunyi-sembunyi berupaya mendengarkan ayat-ayat Al Qur-an yang dibaca oleh
kaum muslim. Kaum muslimin di samping mengagumi keindahan bahasanya, juga
mengagumi kandungannya serta meyakini bahwa ayat-ayat Al Qur-an adalah petunjuk
kebahagiaan dunia dan akhirat.[11]
2.
Susunan Kalimat
Kendatipun
Al Qur-an, hadits Qudsi, dan hadits nabawi, sama-sama keluar dari mulut Nabi, uslub
(style) atau susunan bahasanya sangat jauh berbeda. Uslub bahasa Al
Qur-an jauh lebih tinggi kualitasnya bila dibandingkan dengan dua yang lainnya.
Al Qur-an muncul dengan uslub yang begitu indah, di dalamnya terkandung
nilai-nilai istimewa dan tidak akan pernah ada pada ucapan manusia.
Dalam
Al Qur-an, misalnya, banyak ayat yang mengandung tasybih (penyerupaan)
yang disusun dalam bentuk yang sangat indah lagi mempesona, jauh lebih indah
dari pada apa yang dibuat oleh para penyair dan sastrawan. Menurut pakar ilmu
balaghah, Al Qur-an selain menggunakan tasybih dan isti’arah, juga
menggunakan majaz (metafora) dan matsal (perumpamaan).
- Hukum Ilahi yang Sempurna
Al Qur-an
menjelaskan pokokakidah, norma-norma keutamaan, sopan santun, undang-undang
ekonomi politik, sosial kemasyarakatan, serta hukum-hukum ibadah. Kalau
pokok-pokok ibadah wajib diperhatikan, akan diperoleh kenyataan bahwa Islam
telah memperluasnya menganekaragamkannya serta meramunya menjadi ibadah
maliyah, seperti zakat dan sedekah. Ada juga yang berupa ibadah amaliyah
sekaligus ibadah badaniyah seperti berjuang di jalan Allah.
Tentang akidah,
Al Qur-an mengajak umat manusia pada akidah yang suci dan tinggi, yakin beriman
kepada Allah Yang Maha Agung, menyatakan adanya nabi dan rasul serta mempercayai
semua kitab samawi.
Dalam bidang
undang-undang, Al Qur-an telah menetapkan kaidah-kaidah mengenai perdata,
pidana politik, dan ekonomi. Mengenai hubungan internasional, Al Qur-an telah
menetapkan dasar-dasarnya yang palingsempurna dan adil, baik dalam keadaan
damai maupun perang.[12]
- Ketelitian Redaksinya
Al Qur-an sangat
teliti dalam pemilihan kosa katanya. Sering kali pemilihan tersebut—pada
pandangan pertama—tampak ganjil, bahkan boleh jadi dinilai menyalahi kaidah
kebahasaan atau tidak sejalan dengan bahasa yang baik dan benar. Berikut salah
satu dari contohnya.[13]
Kata طفل (tifl) yang berarti “anak”
dalam bentuk tunggal ditemukan dalam Al Qur-an pada tiga ayat. Tetapi, apabila
diamati secara cermat ditemukan bahwa ayat-ayat tersebut walaupun menggunakan
bentuk tunggal, yang dimaksudkan adalah “anak-anak” (bentuk jamak) perhatikan
firman-Nya dalam surah Al Hajj: 5
4 É)çRur Îû ÏQ%tnöF{$# $tB âä!$t±nS #n<Î) 9@y_r& wK|¡B §NèO öNä3ã_ÌøéU WxøÿÏÛ ¢OèO (#þqäóè=ö7tFÏ9 öNà2£ä©r& (
“Dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai
waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi,
kemudian (dengan berangsur- angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan”,
Demikian juga halnya dalam surah
Ghafir: 67, bahkan dalam surah An-Nur: 31
- Berita Tentang Hal-hal yang Ghaib
Al Qur-an mengungkap sekian banyak ragam hal gaib. Al Qur-an
mengungkap kejadian masa lampau yang tidak diketahui manusia, karena masanya
telah demikian lamanya, dan mengungkap juga peristiwa masa datang atau masa
kini yang belum diketahui manusia.
Peristiwa gaib pada masa lampau yang diuyngkapkan oleh Al
Qur-an, misalnya, adalah peristiwa tenggelamnya Fir’aun dan diselamatkan
bandanya, atau peristiwa Ashabul Kahfi (sekelompok pemuda yang
berlindung ke gua dan hidup selama tiga ratus tahun lebih). Sementara peristiwa
masa datang yang diungkapkannya dapat dibagi dalam dua bagian pokok.[14]
Pertama, telah terjadi kini setelah sebelumnya Al qur-an menguraikan
bakal terjadinya kemenangan bangsa Romawi atas Persia pada masa sekitar
Sembilan tahun sebelum kejadianya. Yang dijelaskan dalam surah Ar Rum: 1-5
$O!9# ÇÊÈ ÏMt7Î=äñ ãPr9$#
ÇËÈ þÎû
oT÷r&
ÇÚöF{$# Nèdur -ÆÏiB Ï÷èt/
óOÎgÎ6n=yñ cqç7Î=øóuy ÇÌÈ Îû
ÆìôÒÎ/ úüÏZÅ 3 ¬!
ãøBF{$# `ÏB ã@ö6s%
.`ÏBur ß÷èt/
4 7ͳtBöqtur ßytøÿt
cqãZÏB÷sßJø9$#
ÇÍÈ ÎóÇuZÎ/
«!$# 4 çÝÇZt ÆtB âä!$t±o
( uqèdur âÍyèø9$# ÞOÏm§9$#
ÇÎÈ
Alif laam Miim.
Telah dikalahkan bangsa Rumawi. Di negeri yang terdekat dan mereka sesudah
dikalahkan itu akan menang. Dalam beberapa tahun lagi bagi Allah-lah urusan
sebelum dan sesudah (mereka menang). dan di hari (kemenangan bangsa Rumawi) itu
bergembiralah orang-orang yang beriman, karena pertolongan Allah. Dia menolong
siapa yang dikehendakiNya. dan Dialah Maha Perkasa lagi Penyayang.
Kedua, peristiwa masa datang yang belum lagi terjadi, seperti
peristiwa kehadiran seekor “binatang” yang bercakap menjelang hari kiamat.
#sÎ)ur yìs%ur ãAöqs)ø9$# öNÍkön=tã $oYô_t÷zr& öNçlm; Zp/!#y z`ÏiB ÇÚöF{$# óOßgãKÏk=s3è? ¨br& }¨$¨Z9$# (#qçR%x. $uZÏG»t$t«Î/ w tbqãZÏ%qã ÇÑËÈ
“Dan apabila
Perkataan telah jatuh atas mereka, Kami keluarkan sejenis binatang melata dari
bumi yang akan mengatakan kepada mereka, bahwa Sesungguhnya manusia dahulu
tidak yakin kepada ayat-ayat Kami”
- Isyarat-Isyarat Ilmiyah
Hakikat-hakikat ilmiah yang disinggung Al Qur-an,
dikemukakannya dalam redaksi yang singkat dan sarat makna, sekaligus tidak
terlepas dari cirri umum redaksinya, yakni memuaskan kebanyakan orang dan para
pemikir. Banyak sekali isyarat ilmiah yang ditemukan dalam Al Qur-an. [15]Diantaranya:
a. Ihwal reproduksi manusia
Persoalan reproduksi manusia, serta tahap-tahap yang
dilaluinya hingga tercipta sebagai manusia ciptaan tuhan yang lain dari pada
yang lain. Sebagaimana firman-Nya: (QS Al Waqiah : 58-59)
Läê÷uätsùr& $¨B tbqãZôJè? ÇÎÑÈ óOçFRr&uä ÿ¼çmtRqà)è=ørB ÷Pr& ß`óstR tbqà)Î=»sø:$# ÇÎÒÈ
Artinya: “Maka Terangkanlah kepadaku tentang nutfah yang kamu
pancarkan.. kamukah yang menciptakannya, atau kamikah yang menciptakannya?”
b.
Ihwal kejadian alam semesta
Al Qur-an juga mengisyaratkan bahwa langit dan bumi tadinya
merupakan satu gumpalan melalui firman-Nya:
óOs9urr&
tt tûïÏ%©!$# (#ÿrãxÿx.
¨br& ÏNºuq»y¡¡9$#
uÚöF{$#ur $tFtR%2
$Z)ø?u
$yJßg»oYø)tFxÿsù ( $oYù=yèy_ur z`ÏB
Ïä!$yJø9$# ¨@ä.
>äóÓx« @cÓyr ( xsùr&
tbqãZÏB÷sã ÇÌÉÈ
Artinya:
"Tidaklah orang-orang kafir memerhatikan bahwa langit dan bumi tadinya
merupakan satu yang padu (gumpalan), kemudian kami memisahkannya dan kami
jadikan dari air segala sesuatu yang hidup. Maka mereka tidak mengetahui"
C. Cahaya
matahari bersumber dari dirinya dan cahaya bulan merupakan pantulan.
Sebagaimana yang dijelaskan firman Allah:
uqèd Ï%©!$# @yèy_ [ôJ¤±9$# [ä!$uÅÊ tyJs)ø9$#ur #YqçR ¼çnu£s%ur tAÎ$oYtB (#qßJn=÷ètFÏ9 yytã tûüÏZÅb¡9$# z>$|¡Åsø9$#ur 4 $tB t,n=y{ ª!$# Ï9ºs wÎ) Èd,ysø9$$Î/ 4 ã@Å_Áxÿã ÏM»tFy$# 5Qöqs)Ï9 tbqßJn=ôèt ÇÎÈ
E. Tujuan dan Fungsi Mukjizat
Mukjizat
berfungsi sebagai bukti kebenaran para nabi. Keluarbiasaan yang tampak atau
terjadi melalui mereka itu diibaratkan sebagai ucapan tuhan: "Apa yang
dinyatakan sang nabi adalah benar. Dia adalah utusanKu, dan buktinya adalah Aku
melakukan mukjizat itu".
Mukjizat
walaupun dari segi bahasa berarti melemahkan, akan tetapi dari segi agama, ia
sama sekali tidak dimaksudkan untuk melemahkan atau membuktikan ketidakmampuan
yang ditantang. Mukjizat ditampilkan oleh Tuhan melalui hamba-hamba pilihanNya
untuk membuktikan kebenaran ajaran Ilahi yang dibawa oleh masing-masing nabi. Jika demikian halnya, ini paling tidak mengandung dua
konsekuensi.
Pertama, bagi
yang telah percaya kepada nabi, maka ia tidak lagi membutuhkan mukjizat. Dia
tidak lagi ditantang untuk melakukan hal yang sama. Mukjizat yang dilihat atau
dialaminya hanya berfungsi memperkuat keimanan, serta menambah keyakinannya
akan kebesaran Allah Swt.
Kedua,
para nabi sejak Adam a.s hingga Isa a.s diutus untuk suatu kurun tertentu serta
masyarakat tertentu. Tantangan yang mereka kemukakan sebagai mukjizat pasti
tidak dapat dilakukan oleh umatnya.[16]
1. Masih
terbuka lebar untuk membuat penafsirkan kandungan-kandungan dari aya- Al Qur-an
Menunjukan bahwa
manusia itu lemah, dilihat ketika Allah hanya berfirman akan tetapi manusia
masih repo-repot untuk melakukan penilitian untuk menunjukan/membuktikan
ayat-ayat tersebut,
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPILAN
1)
Kata "i'jaz" secara etimologi diambil
dari kata kerjaاعْجَزَ - إعجاز yang berarti "melemahkan
atau menjadikan tidak mampu".
i'jaz dalam pembahasan ini adalah menampakkan
kebenaran Nabi dalam pengakuannya sebagai seorang Rasul, dengan menampakkan
kelemahan orang Arab untuk menghadapi mukjizatnya yang abadi, yaitu Al Qur-an,
dan kelemahan generasi-generasi sesudah mereka.
2)
Unsur-unsur
penting yang terdapat dalam mukjizat dan harus menyertainya tersebut adalah:
Ø
Hal atau peristiwa yang luar biasa
Ø
Terjadi atau dipaparkan oleh seorang yang
mengaku nabi
Ø
Mengandung tantangan terhadap yang meragukan
kenabian
Ø
Tantangan tersebut tidak mampu atau gagal
dilayani
3) Macam-macam Mukjizat, Secara garis
besar,mukjizat dapat dibagi dalam dua bagian pokok,
1. Mukjizat
yang bersifat material indrawi yang tidak kekal dan,
2. Mujizat
imaterial, logis yang dapat dibuktikan sepanjang masa.
4) Segi-segi Kemukjizatan Al Qur-an
1. Gaya
bahasa
2. Susunan
Kalimat
3. Hukum
Ilahi yang sempurna
4. Ketelitian
redaksinya
5. Berita
tentang hal-hal yang gaib
6. Isyarat-isyarat
ilmiah
5)
Tujuan dan fungsi mukjizat Al Qur-an
Ø
Sebagai pukulan yang mematikan bagi masyarakan
yang ditantang tersebut.
Ø
Untuk membuktikan kebenaran ajaran Ilahi yang
dibawa oleh masing-masing nabi.
Ø
Untuk memperkuat keimanan.
Ø
Untuk menambah keyakinannya akan kebesaran Allah
Swt.
B. DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Rosihon,
2013, Ulum Al-Quran, Bandung: Pustaka Setia
Ash
Shiddieqy, Tengku Muhammad Hasbi, 2002, Ilmu-ilmu Al Qur-an, Semarang: Pustaka
Rizki Putra
Al-Qaththan,
Syaikh Manna', 2013, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur'an, terj. Aunur Rafiq
El Mazni, Mabahits fi Ulumil Qur-an, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar
Shihab, M.
Quraish, 2007, Mukjizat Al-Quran, Bandung: Mizan
Al sayid
Muhammad bin Alawi Al Maliki Al Hasani, 2008, Al Qowaidul Asaasiyah fi
Ulumil Quran, diindonesiakan oleh Idhoh Anas, Kaidah-kaidah Ulumul
Qur'an, Pekalongan: Al Asri
[1]
Rosihon Anwar, Ulum Al-Quran, (Pustaka Setia: Bandung, 2013), hal. 183
[2]
Rosihon Anwar, Ulum Al-Quran, hal. 184
[3]
Tengku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Ilmu-ilmu Al Qur-an, (Pustaka Rizki
Putra: Semarang, 2002) hal. 317
[4]
Syaikh Manna' Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur'an, terj. Aunur
Rafiq El Mazni (Pustaka Al-Kautsar: Jakarta, 2013)
[5]
M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Quran, (Mizan: Bandung, 2007), hal. 25
[6]
Rosihon Anwar, Ulum Al-Quran, hal. 186
[7]
Ibid, hal. 187
[8]
M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Quran, hal. 25-27
[9]
M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Quran, (Mizan: Bandung, 2007), hal. 38
[10]
Al sayid Muhammad bin Alawi Al Maliki Al Hasani, Kaidah-kaidah Ulumul
Qur'an, Terj. Drs. H. A. Idhoh Anas, M.A. (Pekalongan: Al Asri, 2008), hal.
128
[11]
Rosihon Anwar, Ulum Al-Quran, hal. 193
[12]
Ibid, hal.194
[13]
M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Quran, (Bandung: Mizan, 2007), hal. 149
[14] Ibid,
hal.198
[15]
Ibid, hal. 170-175
[16]
Ibid, hal. 35
Tidak ada komentar:
Posting Komentar