STUDI ISLAM DI KALANGAN ILMUAN
MUSLIM
MAKALAH
Disusun
Guna Memenuhi Tugas
Mata
Kuliah : Islam dan Budaya Jawa
Dosen
Pengampu : Ibu Rokhmah Ulfah, M. Ag
FAKULTAS
USHULUDDIN
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
I.
Latar Belakang
Sejak kedatangan Islam pada abad
ke-13 M hingga saat ini, fenomena pemahaman keislaman umat Islam masih ditandai
oleh keadaan amat variatif. Kita tidak tahu persis apakah kondisi demikian itu
merupakan sesuatu yang alami yang harus diterima sebagai suatu kenyataan untuk
diambil hikmahnya, ataukah diperlukan adanya standar umum yang perlu diterapkan
dan diberlakukan kepada berbagai paham keagamaan yang variatif itu, sehingga
walaupun keadaannya amat bervariasi tetapi tidak keluar dari ajaran yang
terkandung dalam Al-Qur’an dan Sunnah serta sejalan dengan data-data historis
yang dapat dipertanggung jawabkan keabsahannya. Hingga saat ini pemahaman Islam
yang terjadi di masyarakat masih bercorak parsial, belum utuh dan belum pula komprehensif.[1]
Sejarah perkembangan studi Islam di
kalangan ilmuwan muslim dari masa ke masa ada banyak kisah atau hal yang dapat
dipelajari. Antara satu ilmuwan dengan yang lainnya memiliki ide pembaharuan
yang berbeda dalam studi keislamannya.
Makna Islam sendiri berasal dari
bahasa arab, terambil dari kata Salima yang berarti selamat sentosa .
dari asal kata itu dibentuk kata aslama yang artinya memelihara dalam
keadaan selamat sentosa dan berarti pula menyerahkan diri, tunduk, patuh dan
taat. Islam adalah agama perdamaian, dan dua ajaran pokoknya yaitu keesaan
Allah SWT dan kesatuan atau persaudaraan umat manusia menjadi bukti nyata,
bahwa agama Islam selaras benar dengan namanya.
Islam bukan saja dikatakan sebagai
agama seluruh nabi Allah SWT, sebagaimana tersebut pada beberapa ayat kitab
suci Al-Qur’an, melainkan pula pada segala sesuatu yang secara tak sadar tunduk
sepenuhnya kepada undang-undang Allah SWT, yang kita saksikan pada alam
semesta.[2]
II.
Rumusan Masalah
A.
Apa Pengertian studi Islam?
B.
Apa tujuan studi islam?
C.
Bagaimanakah studi Islam di kalangan ilmuan muslim?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Studi Islam
Dirosah
Islamiyah atau studi
keislaman (di Barat di kenal dengan istilah Islamic Studies), secara
sederhana dapat dikatakan sebagai usaha untuk mempelajari hal-hal yang
berhubungan dengan agama Islam. Dengan kata lain usaha sadar dan sistematis
untuk mengetahui dan memahami serta membahas secara mendalam tentang seluk
beluk atau hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam, baik ajaran-ajarannya,
sejarahnya, maupun praktek pelaksanaannya secara nyata dalam kehidupan
sehari-hari.
Usaha
mempelajari agama Islam dalam kenyataannya bukan hanya dilaksanakan oleh
kalangan umat Islam saja, melainkan juga di laksanakan oleh orang-orang diluar
kalangan umat Islam. Di kalangan umat Islam, studi Islam bertujuan untuk
memahami dan mendalami serta membahas ajaran-ajaran Islam agar mereka dapat
melaksanakan dan mengamalkannya secara benar, serta menjadikannya sebagai
pegangan dan pedoman hidup (way of life). Sedangkan di luar kalangan
umat Islam, studi Islam bertujuan untuk mempelajari seluk beluk agama dan
praktek-praktek kegamaan yang berlaku di kalangan umat Islam, yang semata-mata
sebagai ilmu pengetahuan. Namun sebagaimana halnya dengan ilmu-ilmu pengetahuan
pada umumnya, maka ilmu pengetahuan tentang seluk beluk agama dan
praktek-praktek kegamaan Islam tersebut bisa dimanfaatkan atau digunakan untuk
tujuan-tujuan tertentu, baik yang bersifat positif maupun negatif.[3]
B.
Tujuan Studi Islam
Studi terhadap
misi ajaran islam secara komprehensif dan mendalam adalah sangat diperlukan
karena beberapa sebab sebagai berikut:
a.
Untuk menimbulkan kecintaan manusia terhadap ajaran islam yang di
dasarkan kepada alasan yang sifatnya bukan hanya normative, yakni karena
diperintah oleh Allah SWT dan bukan pula karena emosional semata-mata melainkan
karena didukung oleh argumentasi yang bersifat rasional, kultural, dan aktual.
Yaitu argumentasi yang masuk akal, dapat dihayati dan dirasakan oleh umat
manusia.
b.
Untuk membuktikan kepada umat manusia bahwa Islam baik secara
normatif maupun secara kultural dan rasional adalah ajaran yang dapat membawa
manusia pada kehidupan yang lebih baik, tanpa harus mengganggu keyakinan agama
islam.
c.
Untuk menghilangkan citra negatif dari sebagian masyarakat terhadap
ajaran Islam.
C.
Studi Islam di Kalangan Ilmuan Muslim
Masa
kebangkitan Islam atau disebut dengan masa pembaharuan mulai muncul pada tahun
1800M. Semenjak umat Islam menyadari kemunduran dan ketertinggalannya dari
bangsa-bangsa barat, timbullah ide-ide pembaharuan dalam Islam. Ide-ide itu
muncul dari para tokoh pembaharuan dunia Islam untuk mengajak umat Islam agar
sadar, bangkit, dan bangun dari tidur nyenyaknya. Umat Islam harus sadar bahwa
bangsa barat datang bukan untuk membangun, melainkan untuk menjajah umat islam
dan mengeruk kekayaan umat Islam di seluruh penjuru dunia.
Ide-ide para
ulama’ pembaharuan itu, lambat laun mendapat tanggapan positif dari kalangan
umat Islam dari seluruh dunia. Hal ini membuat bangsa-bangsa barat menjadi
khawatir dan ketakutan oleh kekuatan dan bangkitnya umat islam tersebut.
Kekhawatiran
bangsa barat tersebut akhirnya menjadi kenyataan pada masa itu. Muncullah ide
dan gagasan pembaharuan dari kaum intelektual muslim dari berbagai negara seperti India, Turki, Mesir, untuk menandai
dimulainya abad kebangkitan umat Islam.
Para pembaharu
dari kaum intelektual muslim tersebut melakukan studi keislaman dengan
melakukan suatu gerakan pemurnian terhadap ajaran agama Islam yang sesuai
dengan ajaran yang bersumber pada Al-Qur’an dan Hadits. Diantara para pembaharu
tersebut adalah:
a.
Muhammad bin Abdul Wahab
Ulama’ besar yang tinggal di Najed, Saudi Arabia itu sangat keras
berjuang melakukan pembaharuan akidah umat islam. Ia menganjurkan agar umat Islam
kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah. Salah satu kitabnya yaitu kitab tauhid,
sebuah kitab yang berisi tentang mengesakan Allah SWT dengan membasmi
praktek-praktek tahayul, bid’ah khurafat yang ada pada umat Islam dan mengajak
untuk kembali ke ajaran tauhid yang sebenarnya.
b.
Rifa’ah Badwi Rufi’ At-Tahtawi
Beliau pelopor pembaharu Islam di Mesir. Ia menganjurkan agar umat
Islam membuka diri bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dari bangsa
barat. Diakui atau tidak, dan disadari atau tidak bahwa umat Islam pada waktu
itu telah jauh tertinggal oleh bangsa barat.
Untuk membuka luas gagasannya, Ia menegaskan bahwa pintu ijtihad
itu masih terbuka, tetap terbuka, dan tidak akan pernah di tutup sampai hari
kiamat. Untuk itu, umat Islam segera berlomba-lomba mempelajari ilmu
pengetahuan modern sebagaimana yang dipelajari oleh bangsa-bangsa barat. Sebab
hanya dengan demikian, umat Islam akan bangkit dari ketertinggalannya.
c.
Jamaludin Al Afghani
Beliau lahir di Asadabad dengan pemikiran pembaharuannya adalah
supaya semua unsur umat Islam harus dipersatukan dibawah panji khilafah Islamiyyah
dalam naungan Al-Qur’an dan Sunnah. Sebagaimana yang telah dilakukan oleh para
pendahulu kaum muslimin. Cotak pemerintahan otokrasi harus diubah dan diganti
dengan pemerintahan yang demokratis. Kepala Negara harus mengadakan syura
dengan pemipin-pemimpin masyarakat yang lebih berpengalaman. Untuk
mengimpletasikan gagasan politiknya itu maka Al Afghani mengemasnya dengan
gerakan Pan islamisme yaitu gerakan penyatuan umat Islam.
d.
Muhammad Abduh
Pembaharu Islam dari Mesir, beliau di lahirkan di sebuah kampung
Mesir Hilir. Pemikiran pembaharuannya adalah pembebasan umat Islam dari belenggu
taqlid yang melanda umat Islam saat itu sehingga menjadi jumud (tidak bisa
berkembang), pembukaan pintu ijtihad, penghargaan terhadap akal (rasio, berdasarkan
Al-Qur’an dan Hadits), kekuasaan Negara harus dibatasi dengan konstitusi
(Undang-undang).
e.
Muhammad Iqbal
Seorang muslim India dengan karyanya The Reconstruction of
Religious Though In Islam (pembangunan kembali pemikiran keagamaan dalam
islam),
Menurut beliau Islam pada hakikatnya mengajarkan dinamisme. Al
qur’an senantiasa menganjurkan pemakaian akal terhadap ayat atau tanda yang terdapat
dalam alam, seperti matahari, bulan, pertukaran siang dan malam, dan
sebagainya. Orang yang tidak peduli dan tidak memperhatikan tanda-tanda itu akan
tetap buta terhadap masa-masa yang akan datang. Konsep Islam mengenai alam
adalah dinamis dan senantiasa berkembang. kemajuan serta kemunduran dibuat
Tuhan silih berganti di antara manusia yang tinggal di muka bumi ini, dan hal
itu mengandung arti dinamis.
BAB III
KESIMPULAN
Semenjak umat Islam sadar akan
ketertinggalannya dari bangsa lain, secara spontanitas muncullah ide-ide
pembaharuan dari para intelektual muslim. Lambat laun ide-ide tersebut mendapat
tanggapan dari umat islam, hal itu membuat bangsa barat menjadi khawatir oleh
kebangkitan umat islam.
Ide-ide pembaharuan tersebut di aplikasikan
dengan melakukan studi keislaman, melakkan suatu gerakan pemurnian terhadap
ajaran agama Islam yang sesuai dengan ajaran yang bersumber pada Al-Qur’an dan
Hadits guna untuk mempelajari secara mendalam tentang apa hakikat Islam, apa
saja pokok–pokok isi ajaran agama Islam dan apa saja sumber dasar ajaran agama
Islam yang tetap abadi dan dinamis.
BAB IV
PENUTUP
Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin. Demikianlah makalah yang dapat kami
buat, kami menyadari akan keterbatasan pengetahuan kami dalam pembuatan makalah
ini. Untuk itu, kami mengharap adanya kritik dan saran dari pembaca demi
sempurnanya makalah kami yang selanjutnya. Kami mohon maaf atas segala
kekurangan makalah yang kami buat ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Nata,
Abuddin. 2011. Metodologi Studi Islam. Rajawali Pers: Jakarta
Wahid
Sy, Ahmad. 2008. Sejarah Kebudayaan Islam. Armico: Bandung
Muhaimin, Tadjab, Abdul Mudjib. 1994. Dimensi-dimensi Studi Islam.
Abditama: Surabaya
[1] Lihat Nasruddin Razak, Dienul Islam, (Bandung: Al-Ma’arif,
1977), cet. I, hlm. 49-50
[2] Maulana Muhammad Ali, Islamologi (Dinul Islam) (Jakarta:
Ikhtiar Baru-Van Hoeve, 1980), hlm 2
[3] Drs. Muhaimin. MA, Drs. Tadjab. MA, Drs. Abdul Mudjib,
Dimensi-dimensi Studi Islam (Surabaya: Abditama, 1994), hlm. 11-12
Tidak ada komentar:
Posting Komentar